Saturday, February 24, 2018

Asia Overland. Wat Phrathat Doi Suthep, Kuil Tersuci dan Tersakral di Chiang Mai.




Doi Suthep, Kuil Tersuci dan Tersakral di kota Chiang Mai Thailand

Di pagi hari berikutnya Yayan pamit untuk pulang, setelah dua minggu berjalan bersama berbagi suka dan duka dari Malaysia ke Cambodia hingga ke Thailand membuat perpisahan ini cukup mengharukan untukku. Menyusul Novel yang juga akan segera berpisah untuk kembali ke Bangkok pada sore hari ini, kini aku akan mulai melanjutkan perjalananku seorang diri.
Masih berbekal peta yang diberikan Pak Jojo dengan menyewa sepeda motor yang sama, aku mulai menjelajah kota yang di juluki 'Rose of the North' yang terkenal dengan keindahan kuil-kuilnya. Karena begitu banyaknya kuil yang ada di kota tua ini, banyak juga yang mengatakan Chiang Mai adalah kota seribu kuil walaupun kota ini diperkirakan hanya memiliki 300 kuil Buddha dengan ciri khas yang berbeda-beda. Di antara kuil-kuil tersebut, Wat Phrathat Doi Suthep merupakan kuil yang paling populer di kota Chiang Mai yang kini menjadi tujuanku hari ini. 

Memulai Perjalanan Dari Chiang Mai ke Doi Suthep Dengan Sepeda Motor
Aku mulai melajukan motorku dengan santai, jarum speedometer stabil berada di zona 60 kilometer per jamnya. Kulihat indikator bahan bakar di sepeda motorku, masih tersisa kurang dari satu baris dari pemakaian kemarin ke Doi Inthanon. Belajar dari pengalaman, rencananya aku akan mengisi bensin terlebih dahulu sebelum meranjak naik ke perbukitan Doi Suthep. Dalam kesendirian aku hanyut dalam diam, menikmati tiap jalanan kota yang sudah mulai ramai ini.


Dengan kondisi geografis Chiang Mai yang dikelilingi bukit dan pegunungan, perjalanan menuju kuil Wat Phrathat Doi Suthep berkelok-kelok melalui hutan hujan yang rimbun dan air terjun dengan kontur perbukitan. Doi Suthep sebenarnya adalah nama puncak gunung yang terletak 15 km dari pusat kota Chiang Mai dengan ketinggian 1056 m di atas permukaan laut. Dari referensi peta yang kupakai, aku hanya perlu mengarah mengikuti petunjuk ke Doi Suthep melewati jalan Huay Kaeo 1004, jika sudah melewati Universitas Chiang Mai dan Kebun Binatang Chiang Mai, berarti aku telah berada di jalan yang benar. 
Kondisi Jalan Yang Terus Menanjak Ke Doi Suthep di Chiang Mai
Tak terasa setelah melewati Kebun Binatang Chiang Mai dan mulai masuk ke kawasan Doi Suthep namun aku tak kunjung menemukan pom pengisian bahan bakar. Jalanan semakin menanjak terjal dan berliku dan lagi-lagi indikator bahan bakarnya berkedip-kedip. Melihat kondisi kiri-kanan hanya pepohonan dan perbukitan, akupun tak mau mengambil resiko motorku kehabisan bahan bakar di atas. Akhirnya aku mengambil keputusan untuk kembali turun ke kota untuk mencari tempat pengisian bahan bakar terlebih dahulu. Dengan mencoba mencari jalan yang berbeda dari jalur berangkat aku berharap dapat menemukan tempat pom bensin sampai akhirnya kutemui pom bensin terdekat yang memang berada di jalan yang berbeda dari jalur perlintasanku pagi ini.
Dua liter sepertinya cukup untuk bisa sampai ke kawasan Doi Suthep dan berkeliling kota Chiang Mai untuk hari ini. Aku kembali menarik gas motor lalu dengan perlahan motorku kembali melaju melewati jalur ini untuk kedua kalinya dihari yang sama yang telah kulewati beberapa menit yang lalu. Dan ternyata keputusan yang kuambil benar adanya, sekitar sepuluh kilometer dari pintu kawasan taman nasional Doi Suthep tidak terlihat ada tempat pengisian pom bensin dan hanya ada pepohonan yang tumbuh subur di kedua sisi jalan yang ramai ini. 
Jalan raya yang menanjak serta berliku menuju Doi Suthep
Mesin motor mulai meraung kencang ketika aku mulai melintasi jalan yang begitu menanjak curam dan berliku, sesekali aku turunkan persneling ke gigi rendah agar motorku dapat melaju naik pada setiap tanjakan terjal itu. Setelah melewati beberapa kali tikungan dan jalanan menanjak, aku tiba di pelataran parkir kuil Wat Phrathat Doi Suthep, salah satu kuil yang dianggap sangat suci dan sakral oleh umat Buddha.


Kusenderkan motorku dan kujejer di parkiran yang letaknya di deretan warung yang menjajakan makanan dan pernak-pernik kota ini. Aku berada di tengah keramaian orang lokal dan rombongan biksu muda yang baru saja turun dari songthaew. Dalam batinku mungkin karena aku datang di akhir pekan,  sehingga tempat ini dipadati banyak orang baik yang memang untuk beribadah maupun berakhir pekan di tempat ini. Dengan kesakralan kuil ini, kabarnya p
eziarah yang datang tidak hanya dari Thailand, tapi juga dari negara-negara tetangga seperti Myanmar dan Laos.
Tempat Parkiran Motor di Doi Suthep
Banyak Pengunjung dari berbagai negara di kuil ini
Meskipun masih aktif digunakan sebagai tempat berdoa umat Buddha, kuil Wat Phrathat Doi Suthep terbuka untuk umum. Hal ini terlihat juga dari banyak wisatawan asing yang datang mengunjungi kuil ini. Sesampainya di pintu gerbang aku membaca sebuah papan informasi yang tertuliskan "Foreigner Buy the Ticket Admission Fee 30 Baht". Dalam batinku karena wajahku sama dengan orang lokal, rasanya bisa saja aku langsung masuk tanpa perlu membayar, namun hatiku mengatakan untuk jujur dan membayarnya di loket yang telah disediakan.
Ada dua pintu yang disediakan untuk dapat mencapai kuil Wat Phrathat Doi Suthep ini. Pada sebelah kiri ada beberapa ratus anak tangga yang bisa didaki sedangkan sebelah kanan disediakan elevator untuk bisa mencapai puncak bukit. Untuk yang ingin menghemat tenaga, dengan tambahan 20 bath dapat naik dan turun dengan elevator tanpa harus bersusah payah meniti 300 anak tangga.
Elevator menuju ke kuil Doi Suthep


Sebuah bangunan dengan detail ornament khas Thailand berlumur warna emas berdiri di hadapanku, di pelatarannya disuguhkan tarian tradisional yang diperankan oleh beberapa anak kecil yang berpakaian daerah diiringi alunan alat musik tradisional yang harmonis. Dengan elok mereka memperagakan tarian yang gemulai selaras dengan alunan yang dimainkan oleh grup pengiring kesenian itu. Setiap pengunjung yang merasa terhibur dengan penampilan mereka dapat melemparkan uang ke tempat yang disediakan sebagai bentuk partisipasi untuk melestarikan kebudayaan ini. 
Suasana Doi Suthep di Siang Hari


Pertunjukan tari kesenian tradisional Thailand di kuil Doi Suthep, Chiang Mai Thailand
Pertunjukan tari kesenian tradisional Thailand di kuil Doi Suthep, Chiang Mai Thailand
Pertunjukan tari kesenian tradisional Thailand di kuil Doi Suthep, Chiang Mai Thailand

Pertunjukan tari kesenian tradisional Thailand di kuil Doi Suthep, Chiang Mai Thailand
Di sisi lain yang lebih tenang, beberapa orang tampak bersimpuh di pelataran kuil. Dalam diamnya mereka berdoa dengan tenang dan melantunkan permohonan kepada Buddha dan memberikan persembahannya. Alas doa, kidung pemujaan, harum asap dupa yang putih kelabu yang menyerbak sekeliling, dan helaan napas teratur para biksu dan peziarah di berbagai sudut kuil menjadi denyut gairah yang menghidupkan. Aku melangkah dengan menjepit sandal gunungku erat-erat dijemari kaki. Tak ingin kekhusyukan doa mereka terpecah dengan kedatanganku dan suara sandalku yang bergesekan dengan lantai marmer.
Keindahan Doi Suthep di Chiang Mai, Thailand
Salah satu bagian dari kuil Doi Suthep, Chiang Mai
Ritual doa di kuil Doi Suthep, Chiang Mai Thailand
Gemerlap emas yang bersinar terpapar sinar matahari memberikan kesan kemegahan pada kuil yang dibangun pada abad ke-13 ini. Sebuah pagoda yang dilapisi emas menjulang tinggi di tengah bangunan, dihiasi payung emas yang menghiasi 4 sudutnya. Para peziarah melakukan ritual doanya mengelilingi pagoda tersebut sembari memegang persembahannya berbentuk bunga dan melantunkan doa. Disisi lain ada yang melakukan ritual penyalaan pelita di dalam cawan bulat berisi cairan lilin yang tersusun rapi di salah satu sudutnya. Dengan keberadaan kuil ini di puncak bukit, dari sudut lain aku dapat menikmati panorama kota Chiang Mai dari ketinggian.



Ritual doa di kuil Doi Suthep, Chiang Mai Thailand
Ritual doa di kuil Doi Suthep, Chiang Mai Thailand
Ritual doa di kuil Doi Suthep, Chiang Mai Thailand
Anak kecil yang berada di kawasan kuil Doi Suthep

Panorama pemandangan kota Chiang Mai dari atas Doi Suthep
"Selingan iklan"
Telah Terbit Buku Karya Saya Yang Berjudul Overland, Dari Negeri Singa ke Daratan Cina.
Telah terbit buku karya saya yang berjudul Overland. Penasaran bagaimana Trilogy buku ini? Baca Sinopsis lengkapnya disini : Buku Trilogy Overland - Dari Negeri Singa ke Daratan Cina. Sebuah memoar perjalanan jalur darat melintasi perbatasan 13 negara Asia Tenggara dan Daratan Cina.
Untuk teman-teman yang mau order atau tanya informasi detailnya boleh direct whatsapp ya +6287887874709. Bisa juga DM Instagram @travelographers,  beli di website Leutikaprio atau di link marketplace ini ya.
* Tokopedia
* Shopee
* Bukalapak

Baca Artikel Tentang Thailand lainnya disini
           #Cross Border : Dari Kuala Lumpur Malaysia ke Hatyai Thailand Selatan

Follow my instagram @travelographers , Youtube account shu travelographer 
twitter account @travelographers  and google plus account +shuTravelographer
and if you found the post useful or interesting please do share! :)


Apabila bermanfaat dan menginspirasi, mohon di-bookmarks dan di-share ya
Salam Pejalan. 


2 comments:

  1. Bisa keliling indonesia aja rasanya sudah syukur banget Gan, apallagi seperti Agan ini bisa keliing negri tetangga, ahh ngiri jadinya Gan, hehehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. kita bermimpi dan niatin dulu gan, terus kerja keras untuk mewujudkan mimpi' kita Insya Allah tercapai. semangat gan.

      Delete

Ready To Explore? Let's go see and travel the world

Please do kindly subscribe to my travel blog, the place where i would share any of my travel enthusiasm there such as travel stories, travel articles and travel photos.