Saturday, February 17, 2018

Asia Overland. Dari Houay Xai Laos Menuju Chiang Mai Thailand


Pertunjukan Seni di Tembok Merah kota Chiang mai, Thailand


            Setelah menjelajah Houay Xai di Laos dan Chiang Khong di Thailand kami berencana untuk berkunjung ke kota Chiang Mai, kota terbesar kedua di Thailand setelah Bangkok. Perjalanan dari Chiang Khong menuju Chiang Mai dapat ditempuh selama 5 jam perjalanan. Dalam perjalanan ini kami bertemu dengan sepasang backpacker dari Meksiko yang sama-sama memiliki tujuan ke Chiang Mai. Namanya Mr. Branco & Mrs. Dione, mereka sedang berpetualang selama enam bulan ke negara Asia dimana dalam satu bulan di antaranya mereka akan menjelajah Indonesia dari kota Medan.
Sepanjang perjalanan menuju Chiang Mai, kami membicarakan Indonesia karena mereka belum mengetahui kota mana saja yang akan mereka jelajahi, yang mereka tahu Indonesia itu negara yang besar dan indah yang harus dikunjungi, itulah kenapa khusus Indonesia mereka meluangkan waktu minimal satu bulan. Walau demikian mereka pun menyadari satu bulan bukanlah waktu yang lama untuk dapat menjelajah Indonesia yang memiliki lebih dari 17.000 gugusan pulau, itulah mengapa mereka memiliki rencana untuk menambah lama tinggal pada visa mereka setibanya di Indonesia.

Minivan yang kami tumpangi dari Chiang Khong ke Chiang Mai
Kami mencoba untuk memberikan rekomendasi dan estimasi ke suatu kota di Indonesia sesuai dengan keterbatasan waktu mereka. Begitu juga halnya dengan moda transportasi yang akan digunakan. Beberapa kali mereka menghela nafas dan sempat tak terucap satu kata pun ketika aku menunjukan foto-foto tempat yang aku rekomendasikan untuk dikunjungi, terkadang hanya kata wow yang terucap setelah mereka menghela nafas.
Foto-foto tersebut aku tunjukan yang sesuai dengan rencana jalur perjalanan mereka mulai dari kota Medan, Danau Toba, Palembang, Jakarta, Bandung, Magelang, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Lombok sampai Nusa Tenggara. Foto-foto yang kutunjukan yang membuat mereka speechless di antaranya pantai di Pulau Belitong, Sunrise di Gunung Bromo, Kawah Ijen, Gunung Rinjani, Pulau Gili Lombok, serta Pink Beach di kepulauan Komodo. Tak ketinggalan kamipun merekomendasikan mereka untuk mengunjungi tanah Papua yang memiliki kekayaan budaya dan keindahan alam seperti Raja Ampat.
Ini merupakan salah satu hal yang aku sukai saat perjalanan, bertemu dengan petualang kemudian berbagi pengalaman. Dan hal yang paling menyenangkan adalah mempromosikan negara Indonesia agar dikenal dimata dunia dimana seringnya menjumpai pejalan yang belum memiliki rencana mengunjungi atau bahkan tidak tau dimana letak negara kita.
Sekitar pukul dua belas siang minivan yang kami tumpangi baru memasuki distrik Mae Suai. Pak sopir menghentikan perjalanan kami untuk rehat sejenak di sebuah rumah makan. Semua penumpang turun, ada yang makan siang, ada yang sekadar buang air kecil ke toilet dan ada juga yang berbelanja oleh-oleh. Aku yang ikut turun ke dalam rumah makan untuk melengok sajian menu makanan yang tersedia hanya dapat menelan ludah ketika melihat semua makanan yang dihidangkan tidak halal. 
Tembok bata merah yang menjadi ciri khas kota Chiang Mai
Perjalanan kembali dilanjutkan sesaat semua telah selesai makan siang. Minivan yang kami tumpangi melaju di bawah teriknya matahari yang membuat jalan rayanya terlihat bergelombang kalau dipandang dari jauh. Sementara itu keadaan sepi menjalari jalan raya yang mengarah ke kota Chiang Mai ini. Sekitar pukul empat sore minivan yang kami tumpangi mulai memasuki kota Chiang Mai, hal ini ditandai wilayah yang berbentuk bujur sangkar yang dikelilingi parit dan tembok bata merah yang menjadi ciri khas kota ini.  
Tiba di kota Chiang Mai langsung mencari penginapan
So, where do you stay in Chiang Mai?” Tanyaku kepada mereka.
Actually we don’t know yet, or maybe we can join you to find cheap hostel. Do you have any recommendation?” Balasnya.
Berdiskusi menentukan dimana kami akan menginap
That’s good!, I read from internet that Chada House in Ratchamanka Road near Tha Phae Gate is recommended and good value for money.” Jawabku seraya membaca catatan kecil yang kubawa mengenai beberapa rekomendasi tempat menginap dari internet.
Naik tuk-tuk mencari Penginapan di Chiang Mai
Dengan tuk-tuk kami tiba di sebuah bangunan berlantai tiga dengan susunan kamar menyerupai kos-kosan. Mr. Jojo sebagai manager Chada Guesthouse menyambut kedatangan kami dengan senyum ramah. Mr. Branco & Mrs. Dione diberikan kamar private room seharga 250 Bath. Sedangkan untuk kami diberikan satu kamar dormitory yang seharusnya untuk empat orang menjadi dormitory khusus untuk kami bertiga saja dengan harga yang sama seorangnya 100 Bath permalamnya.
Penginapan kami selama di Chiang Mai, Thailand
Karena selisih 50 Bath dibandingkan kamar dormitory, Awalnya Mrs. Dione dan Mr. Branco tidak begitu cocok dengan harga penginapannya karena mereka lebih suka penginapan yang dormitory yang murah seharga 100 Bath perorangnya. Padahal menurut kami kalau dihitung-hitung dalam rupiah selisihnya tidak sampai lima belas ribu rupiah per orang. Mereka bilang dengan harga kamar untuk double room yang setara dengan 90.000 Rupiah di kota ini seperti menginap di hotel mewah, dimana sebelumnya mereka membayar jauh lebih mahal di negara lain dengan kualitas penginapan yang jauh dibawah penginapan ini.
Kami mengerti alasan mereka untuk mencari penginapan yang semurah-murahnya, karena perjalanan mereka masih panjang masih lebih dari tiga bulan lagi menjelajah Asia sehingga perlu menekan budget. Tapi mungkin karena mereka sudah janji untuk menjelajah kota Chiang Mai bersama kami, akhirnya mereka menginap di tempat yang sama.


Setelah meletakan barang bawaan di penginapan dan sudah melakukan bersih-bersih, karena perut sudah mulai lapar kami berlima berjalan menuju tembok tua yang merupakan pusat kota Chiang Mai. Di beberapa bagian, tembok yang dibangun dengan bata merah itu hanya tinggal reruntuhan. 


Mencari makanan halal di Chiang Mai, Thailand
Mencari makanan halal di Chiang Mai, Thailand

Mencari makanan halal di Chiang Mai, Thailand
Kami tiba di kawasan Tha Phae Gate dilengkapi ruang terbuka yang biasa dimanfaatkan penduduk lokal untuk berkumpul di kala senggang. Sore itu kami beruntung bisa melihat sebuah acara tari tradisional yang diadakan di kawasan Tha Phae Gate. Acara itu di setting sebagai bagian dari sebuah acara reality show katakan cinta versi televisi lokal Thailand. Ada begitu banyak penari berparas cantik yang entah memang asli perempuan atau bukan, namun melihat performa mereka beserta pakaian tradisional yang mereka kenakan membuat kami begitu terhibur dengan penampilan mereka.  

Rangkaian acara katakan cinta di Tembok Merah kota Chiang mai, Thailand
Rangkaian acara katakan cinta di Tembok Merah kota Chiang mai, Thailand
Rangkaian acara katakan cinta di Tembok Merah kota Chiang mai, Thailand
Rangkaian acara katakan cinta di Tembok Merah kota Chiang mai, Thailand
Rangkaian acara katakan cinta di Tembok Merah kota Chiang mai, Thailand
Penari tradisional Thailand di Chiang Mai
Rangkaian acara katakan cinta di Tembok Merah kota Chiang mai, Thailand
Rangkaian acara katakan cinta di Tembok Merah kota Chiang mai, Thailand
Rangkaian acara katakan cinta di Tembok Merah kota Chiang mai, Thailand

Rangkaian acara katakan cinta di Tembok Merah kota Chiang mai, Thailand
Kebahagiaan kami hari ini bertambah ketika menemukan berbagai jenis street food yang begitu menggugah selera ketika menyusuri Anusarn Night Market Food & Walking Street, sebuah pasar malam yang dikenal sebagai surga belanja barang murah dan makanan pinggir jalan yang lezat di kota Chiang Mai. Karena begitu banyak barang serta pernak-pernik yang lucu, teman seperjalanan kami Novel pun akhirnya kalap tidak bisa membendung naluri belanjanya. 


Bersama teman seperjalanan kami dari Meksiko
Menuju pasar malam di Chiang Mai
Suasana pasar malam Chiang Mai
Suasana pasar malam Chiang Mai
Suasana pasar malam Chiang Mai
Suasana pasar malam Chiang Mai
Hasilnya sepulangnya dari pasar malam di Chiang Mai ini dia berhasil membawa beberapa bungkusan yang akan dijadikan oleh-oleh baik untuk dirinya sendiri maupun keluarganya. Bersambung.
"Selingan iklan"
Telah Terbit Buku Karya Saya Yang Berjudul Overland, Dari Negeri Singa ke Daratan Cina.
Telah terbit buku karya saya yang berjudul Overland. Penasaran bagaimana Trilogy buku ini? Baca Sinopsis lengkapnya disini : Buku Trilogy Overland - Dari Negeri Singa ke Daratan Cina. Sebuah memoar perjalanan jalur darat melintasi perbatasan 13 negara Asia Tenggara dan Daratan Cina.
Untuk teman-teman yang mau order atau tanya informasi detailnya boleh direct whatsapp ya +6287887874709. Bisa juga DM Instagram @travelographers,  beli di website Leutikaprio atau di link marketplace ini ya.
* Tokopedia
* Shopee
* Bukalapak

Baca Artikel Tentang Thailand lainnya disini
           #Cross Border : Dari Kuala Lumpur Malaysia ke Hatyai Thailand Selatan

Follow my instagram @travelographers , Youtube account shu travelographer 
twitter account @travelographers  and google plus account +shuTravelographer
and if you found the post useful or interesting please do share! :)


Apabila bermanfaat dan menginspirasi, mohon di-bookmarks dan di-share ya
Salam Pejalan.


No comments:

Post a Comment

Ready To Explore? Let's go see and travel the world

Please do kindly subscribe to my travel blog, the place where i would share any of my travel enthusiasm there such as travel stories, travel articles and travel photos.