Showing posts with label Travel Stories. Show all posts
Showing posts with label Travel Stories. Show all posts

Saturday, February 18, 2023

Berkunjung ke Perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan di kawasan Demilitarized Zone (DMZ)


Mendengar nama negara Korea Utara umumnya orang akan mengingat nama Kim Jong Un yang sudah menjadi pemimpin negara tersebut dari tahun 2011 hingga sekarang. Selain itu dikarenakan hanya orang tertentu saja yang diperbolehkan untuk masuk ke negara Korea Utara membuat negara ini dikenal sebagai negara yang tertutup dan penuh rahasia didalamnya. Terlebih lagi sebagian besar area khususnya gedung pemerintahan dan wilayah yang dianggap vital tidak boleh didokumentasikan baik secara video maupun foto oleh orang-orang yang berkunjung ke negara Korea Utara sehingga membuat sebagian besar orang tidak mudah untuk mendapatkan informasi mengenai negara ini.

Entah apa yang tiba-tiba mendorong kami memutuskan untuk mengikuti open trip ke perbatasan Korea Selatan dan Korea Utara yang dikenal dengan nama perbatasan DMZ Demilitarized Zone yang membentang kokoh untuk membatasi area dua negara ini. Open trip ini kami pesan setibanya di kota Seoul saat kami menginap di SC-Hostel. 

Friday, February 17, 2023

Rest Area Dengan View Terindah. Perjalanan Bus dari Sokcho Menuju Busan, Korea Selatan


I left my heart in this small town Sokcho. See you again. Di pagi hari yang cerah kami mulai mengemas barang bawaan kami dan segera bergegas check out dari The House Hostel. Tidak lupa kami sempatkan untuk berpamitan dengan Mr Yoo yang sudah menerima kami dengan sangat baik selama kami tinggal di hostelnya. Rencananya dari kota nelayan Sokcho ini kamu hendak melanjukan perjalanan menuju kota Busan melewati kota Andong, Gyeongju dan Ulsan. Perjalanan darat yang ditempuh kurang lebih 6 jam ini jalurnya didominasi di pinggir laut dengan pemandangan laut Jepang. Kami tahu 6 jam adalah waktu yang tidak sebentar, namun entah mengapa selalu ada alasan bagi kami untuk mencintai perjalanan darat dimana akan ada saja hal-hal indah ditengah perjalanan yang bisa dinikmati dari balik jendela bus yang melaju ke kota tujuan.

Friday, January 27, 2023

Mr Yoo, The House Hostel dan Pengalaman Menyenangkan ketika di Kota Sokcho, Korea Selatan

 

“For us the house hostel is the best place to stay in Sokcho, South Korea. The atmosphere in this hostel was warm and welcoming, this breakfast room cozy and a great place to meet other traveler from around the world.” Ini penginapan yang kami tempati selama berada di kota kecil Sokcho. Lokasinya dekat dengan terminal bus antar kota di Sokcho, dekat dengan pusat kuliner di Rodeo street dan dekat dengan Abai Village yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki.

Saturday, January 21, 2023

Dari Seoul Menuju Kota Sokcho Yang Damai. Berkunjung ke Gunung Seorak/ Seoraksan!


Ini hostel tempat menginap kami selama di kota Seoul. Setelah puas menjelajah Seoul yang menjadi ibu kota Korea Selatan perjalanan overland di Korea pun berlanjut ke kota kecil Sokcho yang dapat ditempuh dengan bus dari terminal bus Seoul Express Gyeongbu selama 3-4 jam perjalanan darat. Ada apa di Sokcho? Ada gunung Seoraksan yang menjadi gunung tertinggi di provinsi Gangwon dan Abei Village yang menjadi tempat syuting drama korea Endless love atau Autumn of My Heart yang dibintangi Syong Hye Ko dan Won Bin.
Sesampainya di kota Sokcho langsung cari hostel untuk menyimpan ransel terus langsung meluncur ke Gunung Seorak san yang menjadi gunung tertinggi di provinsi Gangwon, salah satu tempat syuting drama korea Endless love atau Autumn of my heart yang dibintangi Syong Hye Ko dan Won Bin juga. Dari pusat kota Sokcho kita bisa naik bus umum untuk menuju kaki gunung Seorak dan akan disambut oleh patung beruang / Korean Moon Bear Statue ini.

Sunday, May 30, 2021

Asia Overland. Berkunjung ke Tamu Kianggeh, Pasar Tradisional di Bandar Seri Begawan

Merasa sudah cukup menjelajahi Kampung Ayer, akupun penasaran untuk mendatangi pasar tradisional yang diceritakan ibu Dini. Dari perkampungan ini dengan perahu kayu bermesin yang merupakan alat transportasi utama aku membaur dengan penduduk lokal menuju ke pasar, ongkosnya pun harga lokal yaitu 1 Ringgit untuk sekali penyebrangan.
Aroma pasar selalu spesial di hidungku, hari itu suasana di pasar tampak begitu ramai dipadati penjual dan pembeli yang berjumpa untuk melakukan transaksi. Dari beberapa penjual yang kulihat, tampaknya merekapun hidup cukup, hal ini dapat kulihat dari model telepon genggam yang mereka pegang dengan layar sentuh model terkini, bahkan beberapa di antaranya tampak mengenakan beberapa gelang emas berukuran besar yang melingkar di pergelangan tangan mereka. 

Thursday, May 27, 2021

Asia Overland. Sepenggal Kisah Pendatang di Venice Timur

Setelah keheningan malam mulai memecah, seiring dengan sang surya yang mulai merekah. Disisa hariku di Brunei aku memutuskan untuk kembali menyusuri Kampung Ayer untuk menyelami lebih dalam kehidupan di kampung itu, sendiri tanpa Mr. Bartek dikarenakan ia harus melanjutkan perjalananya ke kota Miri. Ketika semalam air pasang menutup dasar tepi sungai, di pagi hari ini tampak surut sehingga dasarnya tampak dengan jelas. Ribuan kawanan kepiting bergeliat muncul dari persembunyiannya, begitu juga halnya dengan kawanan monyet liar yang turun dari hutan seakan ingin bermain dalam keheningan pagi itu.
Berinteraksi secara langsung dan mengamati lebih dekat kehidupan di perkampungan ini membuatku merasakan hal yang berbeda. Kehidupan bersahaja tanpa hiruk-pikuk suara bising perkotaan dengan keakraban yang hangat. Tak ada yang lebih nikmat duduk santai selonjoran di tepi jembatan kayu sambil mengamati kehidupan di kampung ini. Tak perlu harus diburu waktu, aku hanya ingin menikmatinya sesaat dengan penuh ketenangan. Karena sangat disayangkan jika hanya melihat Kampong Ayer dari kejauhan tanpa menyusuri eksotisme kehidupan di rumah panggung dan masuk kedalam lorong kecil yang menjalar disetiap sudutnya.

Monday, May 24, 2021

Asia Overland. Menjelajah Kampung Air Terbesar Di Dunia di Brunei Darussalam

Suasana Kampung Ayer di Brunei Darussalam

Siapa yang tidak kenal dengan keindahan dan romantisme Venice di Itali?. Mungkin sebagian besar orang sudah tahu mengenai sebuah kota eksotik di Italia yang dikenal juga sebagai kota di atas air ini. Tapi bagaimana dengan Venice Timur? Kamu sudah tahu?. Adalah Kampung Ayer yang memiliki karakteristik yang sama dengan Venesia yang membuatku berimajinasi tentang Venesia ketika menjelajahi kampung yang terletak di pesisir sungai Brunei. Sebagian besar kehidupan di kedua kota ini dilakukan di atas air dengan menggunakan perahu dimana kota tersebut dikelilingi kanal atau sungai di antara bangunan.
Jika itu dianggap terlalu berlebihan analoginya, bisa dikatakan Kampong Ayer adalah versi tradisionalnya dengan kehidupan yang merakyat. Tak heran kampung ini dijuluki sebagai Venice Timur sejak dahulu kala. Kampung ini merupakan kampung air terbesar di dunia yang juga merupakan salah satu pusat perdagangan terpenting di kawasan pulau Borneo. Dan tak kurang dari tiga puluh ribu penduduk tinggal dalam beberapa daerah perkampungan ini. 

Friday, January 15, 2021

Sensasi Naik Canopy Walk Tertinggi di Taman Nasional Ulu Temburong di Brunei Darussalam, Begini View nya!

Canopy Walk Tertinggi di Brunei Darussalam

Visit green jewel of Brunei Darussalam. Standing on top of the hill, i could see 50,000 hectares of pristine rainforest. At this highest point, i was not only seeing the greenery but could also smell the freshness, a gift from Nature. Di Brunei Darussalam bukan hanya ada masjid yang megah. Setelah melewati sungai yang mengalir di perbatasan 2 negara Brunei dan Malaysia dengan perahu selama 1 jam hingga sampai kota Bangar, lanjut perjalanan darat sejauh puluhan kilometer menuju dermaga perahu kayu di Batang Duri, menyambung lagi dengan perahu kayu kecil selama belasan menit menyusuri sungai menuju ke dalam Taman Nasional Ulu Temburong yang menjadi satu-satunya akses masuk ke dalam hutan, lanjut hiking dan treking ke dalam hutan sejauh beberapa kilometer, kemudian dilanjutkan dengan memanjat tower setinggi 42 meter setara dengan 21 lantai dan finally bisa sampai ke Canopy Walk tertinggi di negara Brunei ini. Perjuangan yang layak untuk bisa menikmati pemandangan hutan yang masih alami dengan udara yang begitu segar seperti ini.
Kami mengunjungi Canopy Walk ini di hari kedua ketika bermalam di Ulu Ulu Resort yang ada di dalam kawasan hutan dan Taman Nasional Ulu Temburong. Setelah sholat subuh dan sarapan saya bersama teman-teman seperjalanan baik orang lokal Brunei maupun rekan kerja satu project di Brunei Darussalam melakukan treking ke dalam hutan. Dikarenakan kami hendak menikmati suasana pagi dan matahari terbit maka kami sudah mulai jalan ke dalam hutan ketika langit masih gelap. Untuk membantu melihat jalur setiap kelompok wajibkan untuk membawa alat bantu penerangan seperti senter, hal ini penting karena di pagi hari jalurnya masih licin karena basah sehingga kami harus melihat dengan baik jalan yang ingin kami pijak.

Tuesday, December 4, 2018

Asia Overland. Kereta malam dari Ha Noi ke Lao Cai Menuju ke Sa Pa Vietnam



Kereta Api Yang Melayani Rute Ha Noi - Lao Cai di Vietnam
“Ga” means chicken, as in “Pho Ga” – chicken noodles. I gather “Ga” also means “station". Dalam bahasa vietnam Ga bisa berarti ayam juga bisa berarti stasiun. Kalau di kedai makanan penjual mie vietnam Pho kata Ga berarti ayam, sedangkan kata Ga Ha Hoi di bangunan yang didominasi warna kuning mangga/ gading dan warna putih khas Vietnam ini artinya stasiun Ha Noi, bukan ayam Ha Noi, dan bukan ayam kampus. Eeh.
Di Ha Hanoi ada 3 stasiun kereta, mereka membaginya berdasarkan tujuan. Untuk jalur kereta bagian selatan yang menghubungkan Saigon Ho Chi Minh City sampai Ha Noi letaknya ada di kawasan Old Quarter. Dan beberapa ratus meter dari stasiun itu ada stasiun ini yang menghubungkan Vietnam utara dari Ha Noi ke Lao Cai. Ada lagi 1 stasiun lagi yang letaknya agak ke pinggir kota stasiun itu menghubungkan Vietnam Utara dengan Daratan China. 

Friday, October 26, 2018

Asia Overland. Perfume Pagoda, Gunung Huong Tich dan Sungai Yen Yang Magis Di Musim Semi, Vietnam


Pemandangan yang magis ketika menyusuri sungai Yen di Vietnam

Sosok perempuan bertubuh mungil dengan mengenakan topi camping berbentuk kerucut mulai mengayuh sampan yang terbuat dari plat besi pipih, membawa kami menelurusi aliran sungai Yen yang diselimuti kabut musim semi. Perbukitan karst dari gunung Huong Tich yang muncul dari balik gumpalan kabut ketika angin mulai menerpa menambah kesan begitu mistis. Suasana yang tenang menghadirkan kedamaian bagi siapa saja yang melewati sungai ini.
    Terkadang aku ingin menantang langit, dan bertanya mengapa tidak segera menurunkan cahayanya menyinari perjalananku saat menyusuri sungai Yen. Setelah sebelumnya perbukitan karst gunung Huong Tich diselimuti tirai kabut khas musim semi kini giliran gerimis air hujanlah yang menyelimuti bumi Vietnam. Namun hujan ini kembali mengingatkanku akan keberkahan yang diterima umat manusia, tentang arti bersyukur dan menikmati setiap perjalananku, bagaimanapun kondisinya. Karena semuanya indah dengan kondisinya masing-masing.

Thursday, May 24, 2018

Asia Overland. Menyelami Kedamaian Danau Hoan Kiem di Ha Noi Vietnam



Suasana Danan Hoan Kiem di Ha Noi pada saat musim semi, Vietnam
Setelah selesai menjelajah kawasan Ho Chi Minh Mausoleum dengan naik ojek aku pergi ke Hoan Kiem Lake. Ketika berjalan menyusuri kawasan ini untuk mencari makan, perhatianku tertuju pada sebuah frenchise ayam goreng ternama milik kakek tua berambut putih yang membuka gerai di kota ini yang letaknya berseberangan dengan Highlands Coffee salah satu tempat nongkong favorit orang lokal dan pendatang. Setidaknya ayam goreng dan nasi ini dapat memuaskan rasa lapar yang menderaku seharian.
Setelah energiku telah terisi kembali, aku mulai berjalan mengelilingi Hoan Kiem Lake untuk menikmati tiap sudutnya yang mempesona. Danau ini adalah satu dari empat danau besar di tengah Ha Noi. Keunikan danau ini adalah keberadaan sebuah pagoda kecil di tengah danau, Tortoise Pagoda atau Pagoda Kura-kura dan terdapat sebuah Monument of National Hero Le Loi di bagian lainnya. Danau ini berkaitan dengan legenda Kaisar Le Loi, kaisar pertama dari abad ke-15 yang berhasil mengusir penjajah China dari dataran Vietnam. Konon, Kaisar Le Loi memiliki senjata pusaka berupa pedang sakti yang diberikan para dewa melalui kura-kura emas. 

Tuesday, May 22, 2018

Asia Overland. Satu Hari Menjelajah Ha Noi di Vietnam Utara, Kota Seribu Danau



Salah satu gedung pemerintah di Ha Noi, Vietnam
Pagi ini pertama kalinya aku menginjakan kaki ke kota Ha Noi di Vietnam Utara, namun kabut musim semi ini membangkitkan perasaan nostalgia tentang pengalaman ku sebelumnya ketika pernah berkunjung ke Ho Chi Minh City di Vietnam Selatan. Indikator temperatur udara di salah satu baliho yang berdiri di dekat jalan utama di bandara menunjukan suhu 16 derajat, Kabut tebal menyelimuti kota ini, aku memandangi sekeliling dari jendela bus kecil yang aku tumpangi dari bandara menuju pusat kota Ha Noi, tampak jarak padang yang tak lebih dari dua ratus meter ke depan karena terhalang kabut yang membuat setiap kendaraan melaju dengan kecepatan rendah.
Setelah sampai di pusat kota Hanoi, sambil menenggak air mineral dalam kemasan, aku mulai menyusuri trotoar pertokoan yang cukup panjang yang mendominasi kota ini. Langkahku terhenti di depan sebuah bangunan gereja berarsitektur eropa bergaya Neo Gothic yang tampak kusam dengan permukaan cat yang telah memudar hampir di keseluruhan bangunannya. Aku memandang sebuah patung wanita Regina Pacis atau Ratu Perdamaian yang berdiri tepat di depan geraja tersebut. Melihat gereja ini mengingatkanku akan kemegahan gereja Notre Dame di kota Ho Chi Minh yang letaknya hanya selemparan batu dari Independence Palace dan Kantor Pos Pusat di Saigon.

Friday, March 9, 2018

Asia Overland. Teguran Kecil Dalam Perjalananku di Chiang Mai Thailand

Salah satu kuil di Chiang Mai, Thailand

Dalam satu jalur yang sama menuju kuil Wat Phrathat Doi Suthep ini, mataku tertuju pada sebuah petunjuk menuju air terjun Huay Keaw. Karena penasaran akupun menepikan motorku di pelataran parkir yang tidak seramai dengan kuil Wat Phrathat Doi Suthep. Untuk masuk kawasan ini tidak dikenakan biaya atau gratis, dan jarak air terjun dari pintu masuk sangat dekat hanya dua puluh meter dengan berjalan kaki. Air terjun ini merupakan salah satu tempat rekreasi keluarga penduduk lokal, terlihat beberapa keluarga yang sedang berkumpul beralaskan tikar dengan makanan yang di tempatkan dirantang yang mereka bawa sendiri dari rumah.
Beranjak meninggalkan air terjun Huay Keaw, aku melajukan motorku untuk menuju kebun binatang Chiang Mai. Dalam batinku rasanya ini kebun binatang pertama yang kusinggahi ketika melakukan perjalanan di luar negeri, hal ini bukan tanpa alasan namun karena di kebun binatang ini terdapat binatang panda dari China yang seumur-umur belum pernah kulihat secara langsung dengan mata kepalaku sendiri. Karena penasaran akhirnya akupun mencoba masuk ke kebun binatang itu untuk melihat hewan yang bulat dan lucu tersebut.

Saturday, February 24, 2018

Asia Overland. Wat Phrathat Doi Suthep, Kuil Tersuci dan Tersakral di Chiang Mai.




Doi Suthep, Kuil Tersuci dan Tersakral di kota Chiang Mai Thailand

Di pagi hari berikutnya Yayan pamit untuk pulang, setelah dua minggu berjalan bersama berbagi suka dan duka dari Malaysia ke Cambodia hingga ke Thailand membuat perpisahan ini cukup mengharukan untukku. Menyusul Novel yang juga akan segera berpisah untuk kembali ke Bangkok pada sore hari ini, kini aku akan mulai melanjutkan perjalananku seorang diri.
Masih berbekal peta yang diberikan Pak Jojo dengan menyewa sepeda motor yang sama, aku mulai menjelajah kota yang di juluki 'Rose of the North' yang terkenal dengan keindahan kuil-kuilnya. Karena begitu banyaknya kuil yang ada di kota tua ini, banyak juga yang mengatakan Chiang Mai adalah kota seribu kuil walaupun kota ini diperkirakan hanya memiliki 300 kuil Buddha dengan ciri khas yang berbeda-beda. Di antara kuil-kuil tersebut, Wat Phrathat Doi Suthep merupakan kuil yang paling populer di kota Chiang Mai yang kini menjadi tujuanku hari ini. 

Saturday, February 17, 2018

Asia Overland. Dari Houay Xai Laos Menuju Chiang Mai Thailand


Pertunjukan Seni di Tembok Merah kota Chiang mai, Thailand


            Setelah menjelajah Houay Xai di Laos dan Chiang Khong di Thailand kami berencana untuk berkunjung ke kota Chiang Mai, kota terbesar kedua di Thailand setelah Bangkok. Perjalanan dari Chiang Khong menuju Chiang Mai dapat ditempuh selama 5 jam perjalanan. Dalam perjalanan ini kami bertemu dengan sepasang backpacker dari Meksiko yang sama-sama memiliki tujuan ke Chiang Mai. Namanya Mr. Branco & Mrs. Dione, mereka sedang berpetualang selama enam bulan ke negara Asia dimana dalam satu bulan di antaranya mereka akan menjelajah Indonesia dari kota Medan.
Sepanjang perjalanan menuju Chiang Mai, kami membicarakan Indonesia karena mereka belum mengetahui kota mana saja yang akan mereka jelajahi, yang mereka tahu Indonesia itu negara yang besar dan indah yang harus dikunjungi, itulah kenapa khusus Indonesia mereka meluangkan waktu minimal satu bulan. Walau demikian mereka pun menyadari satu bulan bukanlah waktu yang lama untuk dapat menjelajah Indonesia yang memiliki lebih dari 17.000 gugusan pulau, itulah mengapa mereka memiliki rencana untuk menambah lama tinggal pada visa mereka setibanya di Indonesia.

Friday, February 16, 2018

Asia Overland, Houay Xai sebuah kota kecil di Perbatasan Laos dan Thailand



Suasana kota kecil Houay Xai di Laos

Seperti halnya perjalanan hidup ada baiknya kita tidak terlalu sering menatap ke belakang. Senantiasa lihatlah ke depan dan tentukan akan kemana arah perjalanan kita. Karena saat kita menatap ke belakang sesungguhnya kita telah tertinggal dengan orang-orang yang terus melangkah maju ke depan. Hidup itu sederhana, asal kita tidak bersikeras untuk menjadikannya rumit. Sesederhana aliran sungai yang mengalir dari hulu ke hilir tempat dimana semuanya bermuara. Jika mau bercermin pada kehidupan, lihatlah pada sungai Mekong itu. Jangan pernah berbalik arah, teruslah melangkah maju.
Daratan di seberang sungai Mekong ini adalah kota kecil Huay Xai yang masuk Teritorial negara Laos tepatnya provinsi Bokeo. Dengan perahu kayu itulah kami menyebrang dari kota Chiang Khong Thailand menuju Negeri terkurung Laos. Kami cukup beruntung masih dapat menikmati sensasi pengalaman menyebrang perbatasan negara Thailand dan Laos melalui sungai Mekong ini, karena kini dengan telah dibukanya jembatan Thai-Lao Friendship Bridge baru perlintasan kedua negara ini telah dialihkan ke jembatan tersebut.

Wednesday, February 14, 2018

Asia Overland, Hitchiking ke Chiang Saen, Naik Songtheaw ke Chiang Khong Thailand


Mobil yang memberi tumpangan kepada kami dari kawasan Golden Triangle ke Chiang Saen

Tepat di depan House of Opium kami harus berpisah dengan 2 teman seperjalanan kami yaitu July dan Natalie karena mereka hendak menginap di kawasan ini, sedangkan kami berencana untuk melanjutkan perjalanan kami ke kota kecil Chiang Khong yaitu tempat perbatasan Thailand Utara dengan Negara Laos. Perjumpaan kami dengan July dan Natalie terbilang singkat, namun kebersamaan yang kami lalui bersama tentunya akan menjadi pengalaman yang berkesan.
Sebagian besar orang yang traveling ke kawasan The Golden Triangle di Thailand Utara umumnya mengikuti paket wisata yang ditawarkan travel agent lokal baik dari kota Chiang Mai maupun Chiang Rai. Namun sayangnya bujet kami tidak cukup untuk saat itu sehingga membuat kami memilih untuk ngecer menggunakan transportasi umum dari kota Chiang Rai ke Chiang Saen kemudian menyusuri sungai Mekong dengan perahu kayu menuju Pulau Donsao dan berakhir di kawasan The Golden Triangle.

Friday, February 9, 2018

Asia Overland, Menjejak House of Opium dan Cerita Kejayaannya di Segitiga Emas Thailand


Mengabadikan momen di House of Opium, Thailand
Dari sisi negara Thailand kawasan The Golden Triangle ini telah disulap menjadi atraksi wisata. Namun tahukah kamu kalau di The Golden Triangle kawasan segi tiga emas antara negara Thailand, Myanmar dan Laos hingga kini memiliki sejarah perdagangan narkotika jenis opium yang kelam? Kawasan The Golden Triangle ini merupakan pusat geografis dari Sub-wilayah Besar Mekong di aliran sungai Mekong yang mengalir dari negara China dan berhilir di Cambodia dan Vietnam. Sejak dahulu sungai ini begitu strategis sebagai jalur perdagangan internasional salah satunya menjadi pusat pedagangan opium terbesar di dunia.
Semua berawal dari seorang Jendral bernama Khun Sa yang dikenal sebagai penguasa opium yang menguasai wilayah pegunungan utara Thailand sekitar tahun 1963 mengarahkan masyarakat disini untuk menanam opium. Opium berasal dari candu bunga yang tumbuh subur di daerah dataran tinggi yang penyebarannya dari Afganistan ke Daratan China dan masuk ke wilayah Myanmar dan Thailand.

Thursday, February 8, 2018

Asia Overland, Pulau Don Sao dan Minuman Ekstrem Bernama Lao Beer, Berani Coba?


Lao Beer, minuman ekstrem yang entah seperti apa rasanya

Setelah beberapa menit menyusuri sungai, mesin perahu dimatikan. Perahu melaju dengan sendiri dari sisa gaya dari dorongan mesin dan berlabuh ke merapat ke sebuah pulau kecil yang termasuk kawasan Zona Economic Exclusive sesuai tata hukum perbatasan internasional bernama Don Sao. Dari atas kapal kami melompat ke dermaga yang terbuat dari kayu dan drum yang mengapung.
Zona Economic Exclusive Pulau Don Sao ini masuk dalam teritorial negara Laos. Untuk masuk ke pulau ini tidak diperlukan visa maupun keluar masuk imigrasi negara Laos. Tidak ada juga kantor imigrasi yang mengecek paspor setiap pengujung yang datang ke tempat ini. Pulau ini dibuat untuk menarik minat wisatawan dari sisi Thailand untuk berkunjung ke negara Laos. Begitu juga dengan Thailand pulau Don Sao ini dijadikan salah satu daya tarik wisata The Golden Triangle yang banyak ditawarkan di agen perjalanan setempat.
Sir, Mam. Come here!, you can try our welcome drink.” 

Sunday, February 4, 2018

Asia Overland, Menjelajah Segitiga Emas (The Golden Triangle) di Thailand, Myanmar dan Laos

Chiang Saen, gerbang masuk menuju kawasan Segitiga Emas


“Kita tidak pernah tahu tentang takdir sebuah pertemuan, jadi selalu bersikap ramah dan tersenyumlah setiap saat dalam perjalananmu." Seperti halnya pertemuan kami dengan July & Natalie, dua backpacker asal Germany yang bertemu saat perjalanan dari kota Chiang Rai menuju Chiang Saen. Karena memiliki tujuan yang sama yaitu Golden Triangle akhirnya kami saling berkenalan dan menjelajah kawasan segitiga emas dan Don Sao Laos bersama'. Selain bisa menambah teman juga bisa mempromosikan keindahan negeri Indonesia kepada orang asing dimana belum semua orang asing tahu akan potensi wisata negeri kita. Ini serius, bahkan mereka berdua tidak memasukan Indonesia dalam perjalanan trip ke Asean kali ini. Tapi setelah 'diracuni' kami, mereka pun mengatakan sangat tertarik dan suatu saat akan berkunjung ke Indonesia juga.

Kala itu hari sudah mulai siang ketika minivan yang kami tumpangi telah berhenti di sebuah pasar kecil yang ternyata merupakan akhir perjalanan kami dari kota. Tak seperti yang aku bayangkan sebelumnya, minivan ini hanya mengantarkan sampai persimpangan Distrik Chiang Saen tidak sampai titik segitiga emas Golden Triangle. Begitu turun, beberapa tuk-tuk langsung menawarkan jasa mereka untuk mengantarkan kami ke Tung Luang Chalerm Phrakiat dan Golden Triangle Park Transit Point yang berjarak kurang lebih 10 kilometer dari tempat persimpangan kawasan segi tiga emas itu berada. Sebelum memutuskan naik apa ke kawasan segi tiga emas itu, kami sepakat berjalan beberapa meter kearah tepian Sungai Mekong untuk menikmati pemandangan sungai ini sejenak.

Ready To Explore? Let's go see and travel the world

Please do kindly subscribe to my travel blog, the place where i would share any of my travel enthusiasm there such as travel stories, travel articles and travel photos.