Friday, May 25, 2012

Menyusuri Jalur Naga di Kawasan Pecinan Jakarta


Salah Satu Klenteng Tua Di Daerah Glodok
Dalam ilmu fengshui, wilayah Glodok dan Jakarta Kota yang terletak di Jakarta Barat dipercaya sebagai lokasi terbaik untuk pecinan yang merupakan jalur naga. Hal ini dapat dilihat dari daerah tersebut yang kini merupakan pusat perdagangan dan permukiman etnis tionghoa. Sebagian besar ahli fengshui mengatakan daerah Glodok merupakan lokasi kepala naga, ada juga yang mengatakan bahwa kepala naga berada di daerah Kelapa Gading, perut naga di Tanjung Priuk sedangkan buntutnya di kawasan Pluit dan Jakarta Kota. Terdapat juga pendapat lain bahwa sulit menentukan dimana kepala naga, badan, cakar dan ekornya dikarenakan naga dapat berpindah-pindah keberadaanya.
Pecinan Jakarta terbentang dari Petak Sembilan, Pacoran Glodok, hingga wilayah Gajah Mada Beos disekitar Jakarta Kota dimana diwilayah ini didominasi masyarakat Tionghoa yang telah menempati wilayah tersebut sejak nenek moyang mereka yang terlebih dahulu tinggal didaerah tersebut. Untuk daerah Glodok yang merupakan salah satu kampung tertua di Jakarta, sudah dijadikan permukiman bagi orang Tionghoa sejak jaman Kolonial Belanda.
Selain Glodok terdapat beberapa perkampungan tua yang kental dengan nuansa Tionghoanya diantaranya Kampoeng Kramat Loear Batang, Kampoeng Pekodjan, dan Kampoeng Petjinan yang berada di kawasan Tambora, Glodok, Jakarta Barat. Kini pada kawasan tersebut telah berkembang menjadi pusat kegiatan perdagangan niaga warga Tionghoa yang merupakan salah satu daerah pecinan yang berkembang pesat.

Meskipun daerah ini sudah berkembang dengan bangunan baru dan menjadi pusat perdagangan, wilayah ini masih menyimpan beberapa peninggalan sejarah berupa bangunan kuno dan tradisi budaya yang kental dengan pengaruh Tionghoa. Salah satu gedung tua yang didirikan di zaman kolonial Belanda yaitu gedung Toko Merah yang terbuat dari batu bata warna merah yang dipengaruhi arsitektur china. Selain itu masih banyak bangunan yang berada di kawasan Beos yang bercirikan perpaduan arsitektur Belanda dan Cina pada gedung-gedung tua yang masih tegak berdiri seperti bekas Galangan VOC, Jembatan Kota Intan dan Museum-museum yang berdiri dikawasan kota tua Jakarta.



 Untuk lebih merasakan suasana pecinan, dapat dimulai dari kawasan Pancoran Glodok yang terdapat bangunan toko lama dengan arsitektur China yang telah berusia puluhan tahun, kemudian menelusuri VIhara Dharma Bakti, Klenteng Tang Seng Ong, Pasar Pagi Lama, Toko Obat Lay An Tong, toko Gloria, toko Kawi, Gedung Tiong Hoa Hwe Koan, Rumah Pasar Gelap, Rumah Keluarga Souw, Gereja Maria de Fatima, dan mengitari Pintu Kecil. Menyusuri tempat tersebut membuat anda berimajinasi mengenai masa tempo dulu dimana tradisi dan budaya Tionghoa masih terasa begitu kental disini.

Suasana di Vihara Dharma Bakti, Vihara Tertua di Ibukota

Tentunya dampak yang paling nyata dengan modernisasi ini yaitu telah banyak hal yang hilang, bukan hanya bangunan tua yang telah lapuk termakan usia namun juga tradisi dan kebudayaannya. Rasanya ini menjadi pekerjaan rumah yang harus segera dikerjakan oleh Pemda DKI untuk meninjau kembali konsep tata ruang kota khususnya wilayah-wilayah yang memiliki cagar bangunan dan budaya yang perlu dilestarikan keberadaannya.


 Mungkin salah satunya dengan mengelola lebih baik daerah pecinan menjadi kawasan China Town yang tentunya dapat menjadi tujuan wisata baik untuk wisatawan domestik maupun mancanegara. Dimana umumnya China Town memiliki reputasi selain menjadi tempat yang memiliki tradisi dan budaya serta bangunan yang khas, serta dikenal sebagai kawasan wisata belanja murah yang memiliki barang kerajinan dan pernik yang unik serta sebagai pusat kuliner yang beragam dan merakyat.
Jika hal itu dapat direalisasikan, tentunya peninggalan gedung kuno dapat dimaksimalkan sebagai lansekap kota untuk dilestarikan sebagai cagar bangunan dan budaya. Hal tersebut tentunya menjadi asset wisata yang menguntungkan, mengingat letaknya yang strategis sehingga setiap wisatawan yang datang ke kota Jakarta dan berkunjung ke Kota Tua tentunya tidak akan melewatkan untuk berbelanja di daerah pecinan apabila dikembangkan menjadi kawasan China Town yang bagus.
Sedangkan untuk kita sebagai pelancong dan generasi penerus, tentunya dapat ikut turut serta dalam melestarikan cagar budaya dan cagar bangunan tersebut, salah satunya dengan mengunjungi museum dan gedung bersejarah tersebut agar lebih mengenal budaya kita sendiri sehingga ada kesadaran untuk melestarikannya.

Follow my instagram @travelographers , twitter account @travelographers and google plus account +shuTravelographer

Telah Terbit Buku Karya Saya Yang Berjudul Overland, Dari Negeri Singa ke Daratan Cina.
Telah terbit buku karya saya yang berjudul Overland, Dari Negeri Singa ke Daratan Cina. Penasaran bagaimana Trilogy buku ini? Baca Sinopsis lengkapnya disini : Buku Trilogy Overland - Dari Negeri Singa ke Daratan Cina. Sebuah memoar perjalanan jalur darat melintasi perbatasan 13 negara Asia Tenggara dan Daratan Cina.
Untuk teman-teman yang mau order atau tanya informasi detailnya boleh direct whatsapp ya +6287887874709. Bisa juga DM Instagram @travelographers,  beli di website Leutikaprio atau di link marketplace ini ya.
* Tokopedia
* Shopee
* Bukalapak


2 comments:

  1. Daerah pecinan ini memang banyak bangunan tua berarsitektur China, sayangnya nggak di renovasi lagi sih ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya betul.. jika dibandingkan dengan kondisi kota tua dinegara lain benar-benar dijaga bahkan menjadi atraksi utama pariwisata kota setempat..

      Delete

Ready To Explore? Let's go see and travel the world

Please do kindly subscribe to my travel blog, the place where i would share any of my travel enthusiasm there such as travel stories, travel articles and travel photos.