Friday, February 9, 2018

Asia Overland, Menjejak House of Opium dan Cerita Kejayaannya di Segitiga Emas Thailand


Mengabadikan momen di House of Opium, Thailand
Dari sisi negara Thailand kawasan The Golden Triangle ini telah disulap menjadi atraksi wisata. Namun tahukah kamu kalau di The Golden Triangle kawasan segi tiga emas antara negara Thailand, Myanmar dan Laos hingga kini memiliki sejarah perdagangan narkotika jenis opium yang kelam? Kawasan The Golden Triangle ini merupakan pusat geografis dari Sub-wilayah Besar Mekong di aliran sungai Mekong yang mengalir dari negara China dan berhilir di Cambodia dan Vietnam. Sejak dahulu sungai ini begitu strategis sebagai jalur perdagangan internasional salah satunya menjadi pusat pedagangan opium terbesar di dunia.
Semua berawal dari seorang Jendral bernama Khun Sa yang dikenal sebagai penguasa opium yang menguasai wilayah pegunungan utara Thailand sekitar tahun 1963 mengarahkan masyarakat disini untuk menanam opium. Opium berasal dari candu bunga yang tumbuh subur di daerah dataran tinggi yang penyebarannya dari Afganistan ke Daratan China dan masuk ke wilayah Myanmar dan Thailand.

Thursday, February 8, 2018

Asia Overland, Pulau Don Sao dan Minuman Ekstrem Bernama Lao Beer, Berani Coba?


Lao Beer, minuman ekstrem yang entah seperti apa rasanya

Setelah beberapa menit menyusuri sungai, mesin perahu dimatikan. Perahu melaju dengan sendiri dari sisa gaya dari dorongan mesin dan berlabuh ke merapat ke sebuah pulau kecil yang termasuk kawasan Zona Economic Exclusive sesuai tata hukum perbatasan internasional bernama Don Sao. Dari atas kapal kami melompat ke dermaga yang terbuat dari kayu dan drum yang mengapung.
Zona Economic Exclusive Pulau Don Sao ini masuk dalam teritorial negara Laos. Untuk masuk ke pulau ini tidak diperlukan visa maupun keluar masuk imigrasi negara Laos. Tidak ada juga kantor imigrasi yang mengecek paspor setiap pengujung yang datang ke tempat ini. Pulau ini dibuat untuk menarik minat wisatawan dari sisi Thailand untuk berkunjung ke negara Laos. Begitu juga dengan Thailand pulau Don Sao ini dijadikan salah satu daya tarik wisata The Golden Triangle yang banyak ditawarkan di agen perjalanan setempat.
Sir, Mam. Come here!, you can try our welcome drink.” 

Sunday, February 4, 2018

Asia Overland, Menjelajah Segitiga Emas (The Golden Triangle) di Thailand, Myanmar dan Laos

Chiang Saen, gerbang masuk menuju kawasan Segitiga Emas


“Kita tidak pernah tahu tentang takdir sebuah pertemuan, jadi selalu bersikap ramah dan tersenyumlah setiap saat dalam perjalananmu." Seperti halnya pertemuan kami dengan July & Natalie, dua backpacker asal Germany yang bertemu saat perjalanan dari kota Chiang Rai menuju Chiang Saen. Karena memiliki tujuan yang sama yaitu Golden Triangle akhirnya kami saling berkenalan dan menjelajah kawasan segitiga emas dan Don Sao Laos bersama'. Selain bisa menambah teman juga bisa mempromosikan keindahan negeri Indonesia kepada orang asing dimana belum semua orang asing tahu akan potensi wisata negeri kita. Ini serius, bahkan mereka berdua tidak memasukan Indonesia dalam perjalanan trip ke Asean kali ini. Tapi setelah 'diracuni' kami, mereka pun mengatakan sangat tertarik dan suatu saat akan berkunjung ke Indonesia juga.

Kala itu hari sudah mulai siang ketika minivan yang kami tumpangi telah berhenti di sebuah pasar kecil yang ternyata merupakan akhir perjalanan kami dari kota. Tak seperti yang aku bayangkan sebelumnya, minivan ini hanya mengantarkan sampai persimpangan Distrik Chiang Saen tidak sampai titik segitiga emas Golden Triangle. Begitu turun, beberapa tuk-tuk langsung menawarkan jasa mereka untuk mengantarkan kami ke Tung Luang Chalerm Phrakiat dan Golden Triangle Park Transit Point yang berjarak kurang lebih 10 kilometer dari tempat persimpangan kawasan segi tiga emas itu berada. Sebelum memutuskan naik apa ke kawasan segi tiga emas itu, kami sepakat berjalan beberapa meter kearah tepian Sungai Mekong untuk menikmati pemandangan sungai ini sejenak.

30 Tips & Panduan Jalan-Jalan Liburan Pertama Kali ke Chiang Rai, Thailand


Suku Kahwi/Karen yang tinggal di Perkampungan di Provinsi Chiang Rai, Thailand

Ada dua destinasi populer di Thailand Utara yang patut kamu kunjungi yaitu kota Chiang Mai yang memiliki julukan 'Rose of the North' dan kenal juga dengan kota seribu kuil karena begitu banyaknya kuil yang ada di kota tua ini serta satu lagi yaitu kota Chiang Rai yang memiliki beberapa destinasi wisata budaya seperti perkampungan suku pedalaman Karen/Lahwi yang berleher panjang, White Temple yang mempesona serta kawasan segitiga emas (The golden triangle) yang berbatasan langsung antara Thailand, Myanmar dan Laos.
Untuk artikel kali ini kami ingin sharing tips dan panduan Jalan Jalan Liburan ke Chiang Rai khususnya bagi kamu yang pergi tanpa travel agent. Semoga tips dan panduan yang dapat saya berikan dapat membuat  liburan kamu menjadi lebih menyenangkan dan terencana mulai dari mendarat di Chiang Rai hingga hendak terbang keluar dari Thailand.

Asia Overland, Perjalanan Kembali Dari Tachileik Myanmar ke Kota Chiang Rai Thailand




Tuhan melukiskan warna lembayung pada langit diatas perbatasan Mae Sai Thailand dan Tachileik Myanmar untuk memaparkan lebih banyak keindahan di dunia dan untuk menyadarkan manusia bahwa Tuhan memberi banyak pemuas mata di penghujung hari sebelum berganti malam. Ketika langit mulai gelap, kami segera bergegas untuk menyebrang perbatasan Myanmar melalui kota Tachileik menuju Mae Sai Thailand.
Melalui jalan yang sama kami segera berbaris di pintu imigrasi negara Myanmar dan mendapatkan stempel dari kantor imigrasi di Tachileik. Kami lanjut berjalan melewati jembatan perbatasan yang menghubungkan dua negara ini untuk menuju kantor imigrasi di bagian Thailand yang terletak di Mae Sai. Kami kembali berbaris mengular di antrean orang-orang yang sudah terlebih dahulu hendak masuk ke Thailand, sampai akhirnya giliran kami tiba untuk diberikan stempel dari negara Thailand sebagai tanda bahwa kami diperbolehkan untuk masuk kembali.

Asia Overland, Tachileik, Kota Kecil di Perbatasan Myanmar dan Thailand Utara



Salah satu penjual makanan di Tachileik, Myanmar

City of the Golden Triangle. Kota Tachileik di Myanmar ini bersandingan dengan kota Mae Sai Thailand. Posisinya yang berada diperbatasan membuat kota ini ikut berkembang khususnya di sektor perdagangan. Disebut golden triangle karena lokasinya yang berdekatan dengan perbatasan tiga negara antara Thailand, Myanmar dan Laos yang dikenal sebagai kawasan segi tiga emas.
Lokasi pasar di Tachileik yang berdekatan dengan perbatasan Myanmar - Thailand ini membuat suasana kehidupan di pasar ini kerap ramai. Bermacam-macam orang berlalu-lalang disana dari seorang pembeli, penjual, pengemis bahkan pencopet berkumpul menjadi satu di pasar. Pasar ini menjual beraneka ragam barang mulai dari pakaian, kerajinan dari logam, tas-tas kualitas nomor dua, telpon genggam dan barang elektronik tiruan serta di bagian lain terdapat pasar tradisional yang menjual sayur mayur dan buah-buahan. Salah satu keunikan berbelanja di pasar ini kita bisa menggunakan mata uang Thailand Bath atau Myanmar Kyat saat bertransaksi di tempat ini.

Friday, January 26, 2018

Asia Overland, #CrossBorder Melewati Perbatasan Jalur Darat Thailand dan Myanmar di Mae Sai dan Tachileik



Menyebrang Perbatasan Thailand ke Myanmar dari Mae Sai - Tachileik
 Setelah menempuh puluhan kilometer dengan sepeda motor sewaan dari kota Chiang Rai melalui jalanan yang semula kiri kanannya ladang perkebunan kini berubah menjadi sederetan bangunan pertokoan yang menghiasai perbatasan ini. Di pelatarannya penuh dijejali sederetan pedagang kaki lima yang menjual berbagai macam makanan dan barang lainnya.
Tak hanya perut, matapun terasa lapar untuk membeli barang yang dijual di perbatasan ini. Aku mengusap mata lantas mencium aroma makanan pinggir jalan semerbak dari beberapa gerobak kaki lima. Aku dan Novel tertuju pada satu titik yang sama, sesosok ibu yang menjual makanan seperti martabak manis dengan taburan gula putih di atasnya yang tampak menggugah selera. Sedangkan Yayan tertarik untuk membeli ayam goreng yang aromanya tak kalah menggiurkan.

Thursday, January 25, 2018

Asia Overland, Menuju Perbatasan Jalur Darat Thailand dan Myanmar dengan Sepeda Motor



Perjalanan jalur darat dari pusat kota Chiang Rai menuju Mae Sai
Setelah edisi menjelajah Chiang Rai di White Temple dan perkampungan Kayan Lahwi berleher panjang, petualangan kamipun berlanjut. Hanya berbekal peta buta yang tampak lurus dan terlihat dekat membuat kami nekat menyusuri jalan dari kota Chiang Rai menuju perbatasan Myanmar di Maesai - Tachileik menggunakan sepeda motor. Tanpa mengetahui estimasi berapa kilometer yang akan kami tempuh membuat perjalanan ini tidak memiliki beban. Kami pacu kendaraan roda dua kami dengan santai mengikuti arah ke kota Mae Sai tempat perbatasan itu berada.
Hasilnya? Sudah lebih dari 2 jam mengendarai motor melewati jalan raya yang lurus ini seperti tak berujung. Dan setelah tiba di kota ini akhirnya kami menyadari jarak dari kota Chiang Rai ke Perbatasan ini sekali jalannya mencapai 80 kilometer. Jauh juga ya ternyata jika dihitung pulang pergi dalam hari yang sama.

Asia Overland, Bertamu ke Suku Karen/Lahwi, Perkampungan orang-orang berleher panjang

Salah satu suku karen di perkampungan suku berleher panjang di Thailand

Motor matik kami melaju konstan menyusuri jalan di area persawahan. Mataku asyik memandangi sawah yang menghijau dengan latar perbukitan. Jejeran ilalang memenuhi sepanjang tepi jalan. Selama perjalanan aku tak berbicara sama sekali. Pandanganku menangkap pantulan wajah Yayan dan Novel di kaca spion yang juga tampak menikmati perjalanan ini hingga akhirnya kami menghentikan laju motor dan memarkirkannya di sebuah perkampungan kecil yang berada di kaki bukit.

Setibanya disana, suasananya begitu sepi tak banyak turis yang sedang berkunjung di perkampungan ini. Kami menduga mungkin ini bukan tempat perkampungan yang biasanya dikunjungi tur wisata, karena lokasi perkampungan ada di sisi yang berbeda dan biaya retribusi masuknya pun hanya 100 Bath atau kurang dari setengah dari harga informasi yang kami peroleh.

Asia Overland, Berjumpa White Temple dan Tersesat di Black House Chiang Rai


White Temple di Chiang Rai, Thailand
Dengan tiket promo Air Asia yang kami peroleh dari kota Bangkok kami menuju Chiang Rai sebuah kota kecil di Thailand paling utara dengan penerbangan seharga 320.57 Thailand Bath. Tujuan utama kami yaitu mengujungi kawasan Golden Triangle yang merupakan jalur sutera perdagangan tiga negara yaitu Thailand, Myanmar dan Laos yang dihubungkan oleh sebuah sungai yang bernama Sungai Mekong.
Kami naik pesawat terakhir dengan pertimbangan agar memiliki waktu lebih untuk menjelajah kota Bangkok terlebih dahulu, dan secara kebetulan kami bisa menjelajah bersama teman-teman seperjalanan dari Jakarta yaitu Yayan, Nesia, Tika, Novel, Ade, Umi dan Nisa. Namun untuk perjalanan ke Thailand bagian utara ini kini tersisa Yayan saja, ditambah personil baru yaitu Novel yang baru bertemu kemarin. Jika hidup diibaratkan sebagai perjalananan, seperti inilah kehidupan yang terus berjalan. Ada yang datang ada juga yang pergi di dalam kehidupan.

Merencanakan Liburan ke Dataran Tinggi Dieng Dengan Paket Pesawat + Hotel Dari Traveloka



Matahari Terbit dari Puncak Sikunir di Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo

         Di bulan Januari ini kota Jakarta diberkahi hujan yang membuat udara terasa dingin, setidaknya untuk beberapa hari terakhir. Dari balik jendela aku mengamati hujan yang turun dari langit membahasi bumi, dan entah mengapa cuaca seperti ini senantiasa bisa membuat kenangan masa lalu kembali hadir dalam ingatan. Memori perjalananku saat backpacking menjelajah Pulau Jawa hingga ke Pulau Bali lewat jalur darat sekelabat hadir, menghadirkan rasa rindu dan perasaan melankolis.
Dari beberapa kota yang dulu sempat ku singgahi ada sebuah destinasi yang begitu kurindukan keindahan alamnya dan cuacanya yang dingin yaitu Dataran Tinggi Dieng, dataran tinggi tertinggi kedua dunia setelah Nepal. Tempat ini memiliki ketinggian 2093 meter di atas permukaan laut atau mencapai ketinggian 6000 kaki. Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2.000 meter di atas permukaan laut. Suhu di Dieng Plateau sejuk mendekati dingin yang berkisar 15 sampai 20°C di siang hari dan 10°C di malam hari.

Friday, December 29, 2017

20 Tips dan Panduan Lengkap Belanja & Kuliner di Chatuchak Weekend Market di Bangkok, Thailand


Chatuchak Weekend Market di Bangkok, Thailand

Ketika bunga-bunga mulai bermekaran di negara-negara Indochina, suasana di sekitar Pasar Chatuchak Bangkok pun serasa di Seoul. Bedanya cuaca di kota Bangkok ini tropis, tidak dingin khas musim semi. Gerah!. Rasanya itulah kesan pertama yang kami lihat ketika berkunjung ke pasar tradisional terbesar dan terpopuler di ibu kota Thailand ini. Apabila kamu naik kereta skytrain (BTS) maka stasiun kereta terdekat dengan pasar Chatuchak ini berdekatan dengan Chatuchak Park. Jika kamu beruntung yaitu datang ketika sederetan pohon-pohon besar di sekitar taman ini sedang berbunga maka percayalah bahwa kamupun akan merasakan hal yang sama, seperti di negara-negara yang sedang musim semi.
Namun di artikel kali ini kami tidak membahas lebih detail tentang pohon-pohon yang bebunga tersebut, melainkan akan memberikan tips serta panduan yang bisa kamu jadi referensi ketika kamu hendak mengunjungi dan berbelanja di pasar Chatuchak Weekend market ini. Sebagai informasi pasar ini salah satu surga belanja yang ada di kota Bangkok. Banyak yang borong oleh-oleh di pasar ini. Banyak juga penjual online shop yang supply barang dari pasar ini. Banyak juga jastip-jastipan (jasa titip) barang-barang yang dibeli di pasar ini. Harganya yang murah terkadang membuat lupa diri tiba-tiba sudah belanja banyak aja. Apapun alasan kamu ke pasar ini, catat 10 Tips berikut agar wisata belanja kamu di kota Bangkok khususnya di pasar ini menjadi lebih menyenangkan.

15 Tips dan Panduan Ke Husky Café True Love @ Neverland, Tempat Bermain Bersama Anjing Siberian Husky di Bangkok, Thailand



Bermain dengan Siberian Husky di True Love Cafe @ Neverland, Bangkok

This Husky Cafe Is Probably The Cutest Place In Bangkok at TrueLove @ Neverland. Kabarnya husky cafe ini satu-satunya nya di kota Bangkok dan bahkan satu-satunya di dunia. Pas kami lagi traveling ke Bangkok kami sempatkan untuk mampir ke café yang unik ini. Sebuah tempat makan yang bisa dibilang memiliki konsep yang menarik dimana kita bisa nongkrong di café sembari berinteraksi secara langsung dengan anjing husky yang lucu dan menggemaskan. Kabarnya anjing husky ini berasal dari Siberian, salah satu tempat impian yang sudah masuk dalam bucket list untuk kami dikunjungi suatu saat nanti.
Let me tell you the story, sejujurnya aku punya sedikit phobia sama anjing, khususnya yang besar-besar seperti ukuran kambing. Semua berawal dari pas SD (Sekolah Dasar) di jam pelajaran olahraga semua murid diwajibkan lari mengelilingi luar bangunan sekolah. Karena lokasi sekolah berada di daerah perumahan dan beberapa rumah ada anjingnya di suatu hari anjingnya tidak hanya mengonggong dari balik pagar, tetapi ikut lari mengejar dimana naluri anjing akan lari kalau  melihat orang lari. Mitos untuk 'pura-pura' duduk sambil pegang batu supaya ngga dikejar anjing ngga berlaku dikejadian seperti ini, yang ada aku lari semakin kencang dan anjingpun lari mengejar semakin cepat. Akupun menjerit ketakutan. Sejak itu aku tidak terlalu suka anjing besar dan ngeri kalau disamperin oleh binatang anjing.

5 Pilihan Taman di Jakarta yang Instagrammable



 Taman Suropati Menteng, Jakarta Pusat

    Jakarta adalah kota dengan segudang keunikan yang membuatnya berbeda dari kota-kota lain di Indonesia. Dinamika kehidupannya diwarnai oleh gedung-gedung pencakar langit dan lalu lintas yang serba padat. Selain itu, banyaknya masyarakat dari berbagai etnis yang tinggal di kota ini menjadikan Jakarta sebagai salah satu melting pot Indonesia.
    Namun, terlepas dari kehidupan yang sibuk dan serba cepat, Jakarta juga menawarkan surga kecil bagi siapa pun yang ingin menikmati ketenangan di tengah-tengah keramaian. Surga kecil ini hadir dalam bentuk taman-taman kota yang unik, cantik, dan rindang.

Monday, December 25, 2017

10 Tips dan Panduan Ke Asiatique The Riverfront, Tempat Wisata Zaman Now di Bangkok, Thailand



Asiatique the Riverfront di Bangkok, Thailand
            Wisata di kota Bangkok selain Chocolate Ville ada sebuah tempat lain yang masih populer dan semakin ramai dikunjungi parawisatawan yaitu Asiatique the Riverfront. Tempat ini memiliki konsep sebuah mall terbuka yang mengkombinasi mall dengan pasar malam serta beberapa atraksi wisata dengan salah satu ikonnya adalah kincir raksasa yang menjadi magnet kuat untuk menarik banyak wisatawan untuk berkunjung ke tempat ini.

Mal terbuka yang berlokasi di tepi Sungao Chao Praya dan Charoen Krung Road Bangkok ini memiliki ribuan toko dan outlet, mulai dari kerajinan lokal hingga outlet yang menjual barang branded. Mulai dari kuliner pinggir jalan hingga restoran mewah yang menyajikan beragam menu hidangan. Mulai dari tempat bermain anak hingga spot foto yang instagramable. Apabila kamu sedang ke Bangkok dan hendak ke tempat ini, catat 10 tips dan rekomendasi kami mengenai Asiatique The Riverfront sebagai referensi.

10 Tips dan Panduan Ke Chocolate Ville, Tempat Nongkrong Zaman Now di Bangkok, Thailand



Chocolate Ville di Bangkok di waktu senja, Thailand

Ada sebuah tempat wisata yang semakin populer dan asik buat nongkrong anak-anak zaman now yang letaknya tidak terlalu jauh dari pusat kota Bangkok Thailand. Tempatnya asik buat foto-foto karena banyak spot keren yang instagramable dan cocok juga buat liburan keluarga karena bisa ngajak bermain anak dan keluarga di tempat ini. Tempatnya pun romantis cocok untuk pasangan maupun foto prewedding.
Di tempat ini adalah sebuah café atau sekumpulan restoran yang memiliki area yang cukup luas dengan tema negara Eropa, konsepnya yaitu Dining in the park. Keunikannya tempat ini memiliki banyak bangunan menarik berarsitektur Eropa mulai dari bangunan restoran, kincir angin, jembatan batu, taman bunga, kolam yang dihuni angsa putih dan angsa hitam, mercusuar yang indah di tepi danau serta beberapa spot yang dilengkapi dengan berbagai property menarik untuk berfoto. Apabila kamu sedang ke Bangkok dan hendak ke tempat ini, catat 10 tips dan rekomendasi kami mengenai Chocolate Ville sebagai referensi.

35 Tips & Panduan Jalan-Jalan Liburan Pertama Kali ke Bangkok Thailand


Grand Palace dan Wat Phra Kaew di Bangkok, Thailand
 Ada banyak destinasi populer di Thailand yang mendunia diataranya Phuket, Krabi, Suratthani, Chiang Mai, Chiang Rai, Pai, Ayyutaya dan tentu sahja ibukotanya Bangkok. Untuk artikel kali ini kami mau sharing tips dan panduan jalan-jalan liburan ke Bangkok khususnya bagi kamu yang hendak pertama kali ke kota ini.
Di Ibu kota Thailand selain menjadi surga berbelanja dan wisata kuliner juga terkenal dengan ratusan candi yang menawan yang patut untuk dikunjungi. Hal itulah yang menarik banyak wisatawan untuk berkunjung ke kota Bangkok di Thailand. Semua itu ditambah lagi dengan biaya hidup yang murah dan cocok untuk para wisatawan yang berbudget terbatas.
Berikut kami sharing tips dan panduan Jalan Jalan Liburan ke Bangkok khususnya bagi kamu yang pergi tanpa travel agent. Semoga tips dan panduan yang dapat saya berikan dapat membuat  liburan kamu menjadi lebih menyenangkan dan terencana mulai dari mendarat di Bangkok hingga hendak terbang keluar dari Thailand.

Sunday, December 24, 2017

Asia Overland, Kesempatan kedua di Grand Palace Bangkok, Thailand

Wat Phra Kaew dan Grand Palace di Bangkok, Thailand

Masih kukuh terpatri dalam ingatanku pertama kali nekat backpacking jalur darat dari Singapura hingga Thailand, sesampainya di Bangkok Thailand budget sudah sangat minim. Hasilnya? ketika sampai di depan Grand Palace hanya bisa memandang bangunan megah ini dari luar pintu gerbang saja karena harga tiket masuk untuk ke komplek istana raja Thailand ini cukup mahal yaitu 500 Bath. Dengan jumlah uang sebesar itu setara dengan budget makan dan transport kami untuk keliling kota Bangkok untuk 2 hari. Tapi rekan perjalanan ku saat itu Bang Coy meyakinkan aku untuk melewatkan tempat ini dan harus berani bermimpi suatu saat akan kembali ke Thailand sekaligus melanjutkan perjalanan menjelajah negara Asia yang lain.
Dan benar saja 2 tahun kemudian ketika aku melanjutkan pengembaraan menjelajah Asia Tenggara hingga Dataran China akhirnya terwujud juga untuk bisa masuk dan melihat lebih dekat kemegahan Grand Palace ini.

Asia Overland, Masjid Chakrabongse, Sungai Chao Phraya dan Candi-Candi di Bangkok



Wat Arum, Salah Satu Candi Paling Populer di Bangkok, Thailand

Telepon genggamku bergetar dan memberikan sebuah notifikasi, bukan kerana alarm yang ku setting melainkan karena sebuah pesan singkat yang masuk dari teman saya yang baru tiba di Bangkok subuh itu. Beberapa hari sebelumnya aku memang sudah merencanakan dengan beberapa teman lama yaitu Ade, Umi dan Nisa yang kebetulan jadwalnya sama sedang berada di Bangkok. Kami merencanakan untuk berjalan 1 hari bersama di kota ini.
Setelah mencuci muka dan sholat subuh, aku langsung bergegas menuju Khaosan Road tempat dimana kesepakatan kami untuk bertemu. Kala itu waktu sudah menunjukan pukul 5:45, udara di luar masih teras dingin, dan sang suryapun belum tampak menyinari kota Bangkok yang masih gelap. Hingar binger suasana kafe malam telah berganti sunyi, yang kulihat hanya sisa-sisa pemabuk yang masih berada di sepanjang trotoar didepan kafe yang telah tutup. Dan mungkin sebagian dari mereka adalah tunawisma atau memang turis yang tidak bisa pulang karena kondisi mereka yang sudah terlalu mabuk.

Asia Overland, Dari Siem Riep Tiba di Ibu Kota Thailand



Tiba di Kota Bangkok Pada Malam Hari

Setelah melalui perjalanan darat sekitar 12 jam dari kota Siem Riep, akhirnya kami tiba di kota ini Bangkok. Mini van mengantarkan kami sampai ke Jalan Khao San, tempat dimana kawasan backpacker berada. Di tengah keramaian kota Bangkok yang semakin terasa sesak kami berjalan menyusuri sebuah jalan kecil. Suara kendaraan tuk-tuk khas Thailand menderu-deru dengan knalpot yang sudah dimodifikasi ikut meramaikan suasana pada malam ini. Dengan ransel dipunggung kami berempat berjalan menyusuri jalan menyibak kerumunan orang yang berlalu-lalang.
Malam itu Khao San begitu ramai, dan terasa begitu penuh bak lautan manusia karena bulan februari merupakan high season yang membuat kami harus mencari penginapan yang masih ada kamar tersisa, tentunya yang sesuai dengan budget yang kami miliki. Karena hampir semua penginapan penuh dan kami belum melakukan pemesanan sebelumnya, dengan terpaksa kami terus berjalan dari satu jalan ke jalan lain, dari satu lorong, ke lorong lain.

Tuesday, December 19, 2017

Asia Overland, #CrossBorder Menyebrang perbatasan Kamboja ke Thailand



Berjalan melewati pintu perbatasan Kamboja ke Thailand lewat pintu Poipet - Aranyaprathet

 Sulit memiliki teman seperjalanan dengan waktu dan tujuan yang sama tidak menjadi penghambat niat untuk berpetualang, karena Tuhan akan selalu punya cara untuk mempertemukan orang-orang yang memiliki langkah dan irama yang sama, bagaimanapun caranya. Seperti halnya kami yang harus berpisah dengan salah satu rekan seperjalanan di Siem Riep namun di perjalanan selanjutnya saat hendak menyebrang melewati perbatasan Cambodia - Thailand ini saya di pertemukan dua backpacker muda yang sama-sama berasal dari Indonesia. Mereka adalah Nesia dan Tika yang berpetualang di Indochina disela' waktu liburnya saat menjadi pengajar muda. Berjalanlah, Semesta senantiasa akan mempertemukan kita dengan orang-orang baru.
Untuk yang berminat cross border melewati perbatasan dari Cambodia ke Thailand atau sebaliknya, ada 6 perbatasan yang dapat dilalui diantaranya Chong Sa Ngam - Anglong Veng, Chong Jom - O'Smach, Ba Laem - Duan Lem, Ban Pakard - Pailin, Koh Kong - Had Lek dan yang paling populer dikalangan backpacker yaitu lewat Poipet - Aranyaprathet. Dan ini adalah gerbang perbatasan Cambodia di Poipet - Aranyaprathet.

10 Tips dan Panduan Menjelajah Komplek Angkor di Siem Riep Kamboja


Keindahan matahari terbit dari Angkor Wat

Kamu sudah tahu tentang keindahan sunrise di Angkor Wat Cambodia yang mempesona atau betapa eksotisnya candi Ta Phrom yang menjadi latar pengambilan gambar game/ film Tomb Raider yang diperankan oleh Angelina Jolie?. Jika kamu hendak kedua tempat ini sebagai persiapan agar perjalananmu lebih menyenangkan catat 10 tips/panduan berguna ini ya sebagai referensi ketika menjelajah Angkor Wat di Kamboja.


1.       Pastikan tujuan kamu adalah kota Siem Riep

 Kota terdekat untuk menuju komplek Angkor  Archeological Park yaitu kota Siem Riep Apabila kamu memiliki waktu terbatas pastikan kamu mendarat di bandara Siem Riep. Namun apabila kamu mendarat di Phnom Penh  maka harus dilanjutkan perjalanan darat atau sungai selama 6-8 jam. Selain itu kota Siem Riep juga bisa diakses dari Thailand baik penerbangan internasional maupun melalui jalur darat. Apabila kamu hendak menyerbang ke Thailand dari Siem Riep bisa mempertimbangkan operator Giant Ibis yang melayani antar kota ke Kamboja dan melewewati perbatasan dari Thailand.

25 Tips & Panduan Jalan-Jalan Liburan Pertama Kali ke Cambodia/Kamboja



Refleksi keindahan Angkor Wat menjelang matahari terbit
Kalau tidak karena Lara croft  dalam game dan film hollywood yang melegenda Tomb Raider, mungkin rasanya negara Kamboja ini akan kurang dikenal dibandingkan dengan negara-negara Asean lainnya. Dalam game dan film yang diperankan Angelina Jolie tersebut terdapat sepenggal kisah di candi tua yang eksotis yang bernama Ta Prohm yang telah sukses menyihir jutaan orang untuk mengunjungi Angkor di Cambodia. Keunikan dan eksotisme candi Ta Prohm yang dijadikan sebagai latar pengambilan gambar film itu yaitu adanya pohon-pohon besar seperti pohon bayan, pohon randu dan pohon fig yang tumbuh di sekitar candi. Pohon-pohon tesebut menghadirkan kesan tua dan mistis pada candi yang berada di kompleks Angkor Wat, Siemriep Cambodia ini.
Selain terpesona dengan candi Ta Prohm dan kemegahan komplek Angkor  Archeological Park, alasan lain yang membuat negara Kamboja masuk dalam daftar negara yang patut dikunjungi yaitu di ibukotanya kita bisa melihat dan mempelejari sejarah kekejaman rezim Pol Pot disaat Khmer Merah berkuasa. Alasan lainnya yaitu karena negara ini mudah diakses melalui jalur darat baik dari Vietnam maupun Thailand yang menjadi jalur favorit para wisatawan.

Asia Overland, Dibalik Eksotisme Candi Ta Prohm (Tomb Raider) di Kamboja



Candi Ta Prohm, salah satu candi yang bisa dijelajahi di komplek Angkor, Cambodia

Seorang gadis kecil tampak tertawa renyah dan berlari di antara reruntuhan batu candi, dikala itu ada seorang arkeolog wanita berambut panjang yang dikepang satu sedang menyusuri jalan yang sama. Seketika arkeolog itu mulai tersadar ada orang selain dirinya di tempat ini, ia berusaha mengejar dan menghampiri asal suara itu untuk menjawab rasa penasarannya. Arkelog itu menatap luas ke sekeliling reruntuhan candi tua untuk mencari gadis itu dan berjalan mengikutinya.
Dinding batunya yang semula hitam kini sebagian menjadi hijau karena diselumuti lumut. Pohon-pohon besar tumbuh rindang dengan untaian akar-akar besar seperti ular anaconda yang menjulur mencengkeram sebagian dasar dan dinding memberi terkesan misterius. Pohon-pohon  besar seperti pohon Bayan, pohon Randu dan pohon Fig yang tumbuh di sekitar candi menghadirkan kesan tua dan mistis pada candi ini. Secara mengejutkan tiba-tiba gadis itu hadir di belakangnya dan memberi petunjuk ke arah pepohonan yang berbunga putih yang dihinggapi banyak kupu-kupu liar berterbangan disana.

Monday, December 18, 2017

Asia Overland, Dibalik Keindahan Sunrise dan Sunset di Angkor Cambodia



Matahari terbit di Angkor Wat, Cambodia


Tuk-tuk melaju membelah jalan yang sepi, kabut tipis masih tampak mengambang di atas permukaan dan dinginnya udara pagi seakan menusuk tulang. Jalanan yang semula sepi kini mulai berubah ramai ketika kami mulai memasuki jalan besar. Berbondong-bondong kendaraan mulai dari bus besar, kendaraan pribadi, tuk-tuk, sepeda motor hingga sepeda kayuh tumpah ruah dalam jalanan di kota kecil ini. Kami dibuat terkejut dengan ramainya orang yang memiliki tujuan yang sama yaitu menikmati matahari terbit dari balik Angkor Wat!.
Setelah melalui perjalanan kurang lebih 6 kilometer dari kota Siem Riep, kami tiba di pintu masuk komplek Angkor Archeological Park. Dihadapan kami terbentang puluhan loket untuk membayar tiket masuk kawasan ini. Beberapa loket sudah dikhususkan sesuai peruntukannya di antaranya untuk pembelian tiket one day pass seharga 37 Dollar, three days pass seharga 62 Dollar dan seven days pass seharga 72 Dollar. Kami bertiga segera mengular dalam barisan untuk membeli tiket tersebut sampai akhirnya giliran kami tiba untuk membayar tiket tersebut.

Asia Overland, Senyum manis dari Siem Riep Cambodia



Anak-anak sekolah dasar yang baru pulang dari sekolahnya. Siem Riep, Cambodia

 Andai saja kami bisa berbahasa Cambodia, mungkin ada banyak cerita yang bisa kami dengar dari anak-anak di Siem Riep Cambodia ini. Dengan ramahnya mereka berusaha untuk berkomunikasi dengan kami. Namun karena kendala bahasa, senyum dan bahasa tubuhlah yang berbicara untuk mendekatkan hati kami khususnya senyuman. Karena sesungguhnya senyum adalah bahasa universal yang tak perlu diterjemah ke segala bangsa, ia dikenal, tanpa kamus, tanpa rumus. Tersenyumlah maka dunia akan menyambutmu dengan hangat, erat, bersahabat dengan rasa cinta dan bahagia dimanapun, kapanpun.
Melihat anak-anak sekolah di Siemriep Cambodia yang mengendarai sepeda ini membawaku pada ruang nostalgia masa kecil. Mengingatkan kembali tentang keberadaan sabahat dan teman-teman semasa di bangku sekolah.

Asia Overland, Menjelajah Siem Riep, kota terbesar kedua di Kamboja



Suasana kehidupan di kota Siem Riep, Cambodia

 Setelah melalui 7 jam perjalanan darat dengan bus dari kota Phnom Penh menuju Siemriep, kami tiba di terminal bus kota Siem Riep. Sebuah kota sebagai gerbang pintu masuk utama untuk menjelajah kompleks Angkor Archaeological Park, salah satu situs sejarah tertua di dunia yang masuk dalam daftar cagar warisan dunia UNESCO untuk dilestarikan. Dari balik kaca jendela bus terlihat puluhan orang berdesakan di depan pintu bus, menyambut kedatangan penumpang-penumpang yang baru sampai di kota ini.
Dengan gerak cepat mereka berebut untuk memenangkan hati penumpang bus termasuk kami agar mau naik tuk-tuk mereka. Sebagian diantaranya juga menawarkan penginapan dengan harga yang bersaing. Sedikit mundur kebelakang terdapat beberapa orang yang membawa kertas yang bertuliskan nama seseorang yang hendak dijemput. Di kota Siem Riep ini kami menginap di The King Angkor Villa yang merupakan cabang dari penginapan The King Guesthouse yang kami tumpangi selama di kota Phnom Penh. Dengan melakukan pemesanan di Phnom Penh selain mendapatkan harga spesial 15 Dollar bertiga untuk triple room ber-AC, kami juga mendapatkan jemputan gratis ke penginapan.

Asia Overland, Perjalanan dari kota Phnom Penh menuju Siem Riep



Bus umum yang membawa kami ke kota Siem Riep
Alarm di sampingku berbunyi keras memekakkan telinga, membangunkan kami bertiga dari alam mimpi. Rasa letih setelah semalam menjelajah kota Phnom penh dengan berjalan kaki menelurusi tepi sungai Mekong, monument kemerdekaan, pasar tradisional hingga ke beberapa landmark kota Phnom penh membuat tidur kami lebih nyenyak. Setelah mandi dan mengemas tas ransel, kamipun bergegas berangkat ke tempat bus yang akan membawa kami ke kota Siem Riep berada. Karena letaknya tidak jauh dari penginapan, sebenarnya kami bisa berjalan kaki. Namun berhubung kami memesan tiket bus dari resepsionis penginapan, mereka memberikan pelayanan tambahan untuk mengantar kami dengan tuk-tuk ke tempat agen bus berada.
Ketika jadwal keberangkatan hampir tiba, kami dipersilahkan untuk naik ke dalam bus. Tidak ada nomer kursi sehingga kami dapat memilih sesuai keinginan. Setelah mengamankan tempat duduk tidak lama setelah itu bus Sokha Komartep Express berwarna putih oranye bergaris hijau mulai beranjak pelan dari kota Phnom Penh dengan tujuan ke kota Siem Riep. Jalur jalan rayanya didominasi pemandangan lahan persawahan dikedua belah sisinya. Beberapa jalan masih tanah berbatu menghamburkan debu-debu yang tersingkap angin dari laju kendaraan. Untungnya pagi itu cuaca begitu terik, jika saja kondisinya sedang hujan rasanya jalanan menjadi berlumpur dan tentunya waktu perjalanan bisa menjadi lebih lama.

Asia Overland, Menikmati malam di tepi Sungai Mekong, Phnom Penh Cambodia



Suasana malam di kota Phnom Penh, tidak jauh dari pesisir Sungai Mekong

Suara musik bertempo cepat dan energik terdengar keras ketika kami bertiga melangkahkan kaki ke pesisir tepi Sungai Mekong. Walau langit diatas kota Phnom Penh sudah gelap gulita namun kehidupan di tepi sungai Mekong malah baru dimulai. Dari kejauhan banyak penduduk setempat berkumpul di pesisir sungai ini, bebaur dengan para pendatang dan wisatawan yang sedang berada di kota Phnom Penh.
Kami bertiga menghampiri area keramaian untuk bisa berbaur dengan masyarakat setempat yang suka berkumpul di area ini sesuai dengan komunitasnya.  Salah satunya sebuah komunitas modern dance yang mengajak orang-orang untuk ikut berjoget bersama, mengikuti ritme lagu yang sedang diputar. Sesekali tarian tersebut diselingi tarian tradisional bergaya Khmer yang dikombinasikan dengan gerak tari modern. Tidak sedikit wistawan asing dan pendatang yang ikut unjuk kebolehan dan ikut meramaikan suasana malam di pesisir sungai Mekong ini.

Asia Overland, Wat Phnom, Kuil tertinggi di kota Phnom Penh



Anak tangga menuju kuil Phnom di kota Phnom Penh, Kamboja

Jujur setelah selesai mengunjungi Grand Palace kami tidak tahu lagi harus pergi kemana lagi, mengingat kunjungan kami ke Phnom Penh tanpa disertai itinerary yang pasti dan tanpa tahu tempat mana saja yang direkomedasikan untuk dikunjungi di kota ini. Karena perjanjian awal tuk-tuk akan membawa kami hingga petang kamipun nurut mengikuti rekomendasi sopir tuk-tuk, mempercayakan sepenuhnya kepada beliau mau dibawa kemana kami selanjutnya sembari menunggu waktu senja.
Tuk-tuk yang kami tumpangi kembali menelusuri jalan di kota Phnom Penh yang berdebu. Pasir-pasir jalanan beterbangan ketika dihempas laju kendaraan. Pohon-pohon di tepi jalan yang terlihat meranggas karena kabarnya dalam beberapa bulan terakhir hujan tidak turun di kota ini.  Udara terasa panas dan terik membuat sekujur tubuh ini menjadi basah karena keringat.

Asia Overland, Mengagumi kemegahan Royal Palace di kota Phnom Penh

Salah satu sudut kemegahan Royal Palace di Phnom Penh

Hatiku masih terus berdebar-debar dengan hebatnya ketika kembali membayangkan penderitaan pada korban di Killing Fields dan Tuol Sleng S-21 yang disiksa dengan cara yang tidak manusiawi sebelum akhirnya dieksekusi secara perlahan dan mati dengan cara yang mengenaskan. Getaran mesin tuk-tuk yang melaju secara konstan di jalan raya kota Phnom Penh membuat tubuh ini semakin bergetar karena perasaan dan hati yang masih berantakan, bergetar hebat dan merinding ketika merenungkan kedua tempat yang baru saja kami kunjungi itu.
Untuk menghibur hati kami dan mengisi perut yang sudah mulai berontak kami meminta sopir tuk-tuk kami untuk membawa ke kedai makanan halal. Karena kami tidak tahu entah harus kemana akhirnya kamipun menurut saja kemana sopir tuk-tuk ini akan membawa kami. Lalu dibawalah kami di salah satu restoran India yang menjual sajian makanan khas Asia Tengah yang terjamin ke halalannya. Walapun aku dan Yayan tidak terlalu suka masakan India namun tidak ada pilihan lain selain menelan setiap makanan tersebut demi perut yang lapar

Asia Overland, Penjara Rahasia S-21 dan Kuburan Masal di kota Phnom Penh

Salah satu gambar bukti kekejaman rezim Khmer Merah ketika Polpot berkuasa


Tuk-tuk mulai melaju pelan di jalan raya kota Phnom Penh yang didominasi perempatan tanpa rambu-rambu lalu lintas. Setiap kendaraan melaju sesuka hati dengan prinsip siapa yang berani maju terlebih dahulu maka akan mendapatkan jalan, sebagaimana hukum alam yang telah diatur di jalan raya. Sesekali suara klakson terdengar sedikit melengking entah untuk meminta prioritas jalan atau sekedar bertegur sapa. Sampai akhirnya tuk-tuk yang kami kendarai tiba di pemberhentian pertama yaitu Toul Sleng Genocide Museum.
Dilihat dari luar bangunan ini layaknya sebuah areal sekolah. Bangunannya berwarna putih kusam dengan cat yang sudah mulai pudar diterpa cuaca dan waktu. Keberadaan tembok pembatas yang mengelilingi bangunan ini dengan kawat berduri yang sudah berkarat di atasnya menjadi pembeda bangunan ini tidak lagi sebagai sekolah.

Ready To Explore? Let's go see and travel the world

Please do kindly subscribe to my travel blog, the place where i would share any of my travel enthusiasm there such as travel stories, travel articles and travel photos.