Showing posts with label Travel Stories. Show all posts
Showing posts with label Travel Stories. Show all posts

Wednesday, April 1, 2015

Asia Overland, #CrossBorder : Dari Kuala Lumpur Malaysia ke Hatyai Thailand Selatan


haadyai, hatyai, thailand, south thailand, songtheaw, temple, backpacking thailand, kota hatyai, hatyai railway station, stasiun hatyai, stasiun padang besar, cross border malaysia thailand
Stasiun Kereta Padang Besar Yang Menjadi Perbatasan Antara Negara Malaysia dan Thailand
Di atas rangkaian jalur besi yang menghubungkan kota-kota di Malaysia, Kereta Senandung Lengkawi tampak siap untuk melaju meninggalkan keramaian pusat kota Kuala Lumpur. Bunyi pluit panjang dari salah satu pertugas stasiun KL Sentral melengking pertanda kereta segera berangkat. Dalam perjalanan ini aku bersama teman seperjalananku Coy akan melakukan perjalanan darat dari Kuala Lumpur Ke Hatyai dengan kereta api, sebuah perjalanan yang akan memberikan kami pengalaman baru melintasi perbatasan negara Malaysia dengan Thailand untuk pertama kalinya. Karena kami mengambil pemberangkatan malam hari, tak lama kereta telah berjalan dan lampu kabin dalam gerbong telah meredup tentunya kami manfaatkann untuk beristirahat.
Di pagi hari berikutnya kereta ini berhenti di sebuah stasiun kecil, hampir semua orang penumpang mulai turun di sebuah stasiun yang bernama Stesen Padang Besar. Dalam ketidaktahuan kami yang masih duduk didalam gerbong, seseorang menghampiri kami.
“Coop Coop”, Dia berseru. Tangan kanannya memperagakan stempel yang ditempel pada sebuah buku ditangan kirinya.

Monday, March 2, 2015

Asia Overland, Perjalanan Bus Dari Johor Bahru ke Melaka, Malaysia


Salah Satu Operator Bus Yang Melayani Rute Johor Bahru - Melaka

“Kuala Lumpur, Melaka, Kuala Lumpur!” Para calo terdengar sedang beraksi di terminal bus Larkin yang tampak ramai. Kondisinya tak berbeda jauh dengan suasana di terminal di negeri kita, di Terminal bus Larkin Sentral pun kedatangan kami langsung disambut oleh beberapa calo yang mengerubung. Entah sudah ada berapa calo yang menghampiri kami dan mencoba menawarkan jasanya namun tak cukup membuat kami tertarik untuk meladeninya
“Tidak Terima Kasih” Jawabku mengelak karena ingin membeli dari loket resmi saja, mencari bus yang paling murah tujuan Melaka. Kondisinya cukup teratur, walau banyak calo berkeliaran kami tetap merasa aman walau berada di negeri orang. Kondisi yang berlawanan malah ketika berada di terminal bus di negeri sendiri seperti di Terminal Bus Pulogadung dan Kampung Rambutan di Jakarta atau Terminal Bungurasih di Surabaya yang seringnya calo tidak segan-segan menarik paksa calon penumpang untuk masuk ke bus yang memberikan dia komisi untuk mencari penumpang.

Sunday, February 1, 2015

Socmed Story – Takdir Menuntunku Untuk Berpetualang.



backpacker indonesia, couchsurfing, traveler, travel troopers, komunitas backpacker, flashpacker,
Teman-Teman Seperjalanan Yang Awal Bertemu di Media Sosial.

“Halo Her!,”
“Gimana kabarnya sekarang?”
Beberapa notifikasi berwarna merah pada kotak bergambar surat yang berisi sebuah pesan singkat masuk di kotak pesan jejaring sosial ku. Aku klik ikon tersebut dan kutemukan pesan singkat yang dikirimkan dari beberapa orang. Sebagian lainnya adalah pemberitahuan adanya friend request yang terima dari beberapa orang teman yang telah lama tak bersua. Di tahun 2000an ketika sedang booming nya media sosial khususnya jaring pertemanan seperti Friendster, My Space dan Facebook mulai dikenal luas sering kali hal itulah yang muncul di notifikasi. Sebagai generasi tahun 1990an dimana saat itu belum ada teknologi internet yang mudah diakses seperti sekarang tentunya bertemu dengan teman lama secara virtual menjadi hal yang begitu menyenangkan. Sesaat seperti kembali ke ruang nostalgia dan tak jarang mengingatkan kembali akan kenangan masa-masa itu.
Mengapa demikian? Karena di era tahun 90an saat dimana orang-orang hanya bisa bertukar alamat rumah atau nomor telepon rumah (dari buku tahunan, itupun kalo ada) sebagai salah salah satu media komunikasi untuk saling berhubungan tentunya praktis komunikasi dengan teman lama akan terputus. Kalaupun di sekolah ada yang sudah punya nomor handphone sendiri itupun golongan orang tajir yang dapat dihitung dengan jari tangan. Sebagai informasi jika kamu bukan generasi 90an, kala itu harga handphone (yang masih hitam putih bernada poliponik dengan kapasitas hanya puluhan MB ((MEGA BYTE)) ada yang setara dengan TV berwarna, harga 1 nomor kartu handphone setara dengan harga setrikaan atau rice cooker, dan harga pulsa untuk sms dan telpon dapat membeli puluhan porsi jajanan makan siang di masa sekolah. Namun setelah bertahun-tahun berlalu ketika media sosial terus berkembang komunikasi yang sempat terputus kini dapat terjalin kembali dengan beberapa feature pencarian seperti find friend, group maupun mutual friend.

Wednesday, January 7, 2015

Masjid Biru di Lavender, Singapore


Masjid Malabar, Singapore, Singapura, Malabar Mosque
Masjid Malabar, Singapore (taken by Coy)

Mataku memandang ke sebuah masjid yang penampilan ekteriornya didominasi warna biru dengan kubah berwarna emas yang semakin berkilau ketika diterpa sinar matahari. Masjid yang terletak di persimpangan Victoria Street dan Jalan Sultan di distrik Kampong Glam ini dikenal dengan sebutan nama Masjid Malabar yang sejak awalnya dibangun pada tahun 1962 sebagai tempat berkumpulnya komunitas Muslim Malabar yang berasal dari Kerala, sebuah daerah di India bagian selatan.
Ketika kaki ini mulai melangkah masuk kedalamnya tak hanya bagian eksteriornya saja yang didominasi warna biru dan emas, ketika kaki kami melangkah ke dalam ruang doa pun karpetnya didominasi warna biru. Demikian juga elemen dekoratif di dalam masjid yang  umumnya memiliki warna yang sama.

Tuesday, January 6, 2015

Asia Overland, Tersesat Mencari Hostel di Singapura


Tersesat Mencari Keberadaan Hostel di Jalan Syed Alwi Singapore
          “Coy.. Gw sudah di Stasiun Lavender ya” Sebuah pesan singkat ku kirim tak lama setelah turun dari MRT yang membawaku dari Bandara Changi ke tempat ini. Pesan itu terkirim ke teman perjalananku Nurkolis yang lebih dikenal dengan nama panggilan Choice Coy. Dia telah sampai terlebih dahulu di Singapore dini hari sebelumnya, bersamanya aku akan menjelajah beberapa kota yang kita mulai dari Negeri Singa ini.
Sebelum berangkat, kami telah sepakat untuk bertemu di stasiun ini karena lokasinya dekat dengan penginapan murah yang akan kami tuju. Tak lama berselang sejak pesan singkat ku terkirim, teman pejalananku menampakan dirinya dari sudut tangga menuju stasiun bawah tanah ini.
“Bang Her!” Coy memanggil namaku dan melambaikan tangan agar aku datang menghampirinya.
“Hai bang Coy!” Aku membalas dengan senyum sambil melambaikan tangan kananku.
Kami begitu excited untuk memulai perjalanan ini, pengalaman pertama kami backpacking di luar negeri di mulai dari Negeri Singa ini. Tentunya akan ada banyak hal yang akan kami dapatkan dari pertualangan pertama kami ini di negeri orang.
“Sudah jalan kemana aja Bang dari pagi?” Tanyaku.

Monday, January 5, 2015

Terpesona Changi International Airport

Suasana di Bandara Changi Singapore
Pesawat bersiap untuk lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta. Suara bising mesin yang berputar semakin kencang memenuhi ruang kabin pesawat. Aku melemparkan pandanganku keluar jendela. Menatap antrean pesawat yang menunggu gilirannya untuk mengudara. Sampai akhirnya burung besi ini membawaku terbang menuju Negeri Singa yang selama ini aku impikan. Di atas langit aku melemparkan pandanganku pada awan-awan putih yang melayang diantara sayap pesawat. Sinar matahari pagi semakin menyilaukan mata membuatku memutuskan untuk menutup tabir penutup jendela untuk sementara waktu. Sepanjang perjalanan aku mencoba menikmatinya dengan membaca majalah yang disediakan secara percuma di pesawat.
Setelah dua jam berlalu, akhirnya aku tiba di Changi International airport yang terasa begitu besar dan megah dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya. Mengusung konsep arsitektur modern membuat siapa saja yang datang ke bandara Changi akan terpesona dibuatnya. Penggunaan kaca-kaca transparan di dalam gedung Terminal 2 memberikan pencahayaan alami dan memudahkanku untuk menikmati pemandangan dari segala sudut termasuk ruang belanja dan tempat makan. Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling bandara. Ada ratusan gerai ritel ternama dan outlet restoran yang tersebar di bandara ini yang memberikan kesempatan berbelanja yang nyaman. Dengan berbagai fasiltias dan pelayanan yang baik bandara ini telah menerima ratusan penghargaan bergengsi salah satunya sebagai Airport Terbaik di Dunia.

Friday, January 2, 2015

Bandara Soekarno Hatta Yang Semakin Sesak

Antrean Pesawat Menuju Landasan Yang Menggambarkan Kepadatan Bandara Soekarno Hatta


     Langit masih gelap ketika diriku tiba di bandara. Walau suasananya masih remang pagi itu bandara sudah begitu ramai, tak kalah riuhnya dengan terminal bus dan stasiun komuter yang ada di pusat kota. Antrean sudah mengular panjang berkelok hingga pintu masuk setelah pemeriksaan dengan sinar x-ray. Tampak ratusan orang menunggu giliran untuk mendaftarkan diri ke beberapa loket yang telah disediakan. Deg! Jantungku berdetak lebih kencang setelah menatap jam dinding yang terpasang di salah satu sudut terminal yang seolah-olah terus mengejarku.
    Rasanya kepadatan yang melanda sudut-sudut di kota-kota besar di Indonesia juga dialami oleh bandara-bandara internationalnya khususnya bandara terbesar yaitu Bandara Soekarno Hatta. Ratusan mungkin ribuan orang saling telah berada di bandara ini untuk menuju tujuannya masing-masing. Sayup-sayup terdengar suara bearing roda rusak dari trolley yang didorong para penumpang dan porter untuk mengangkut barang bagasi terasa memekakan telinga diantara suara riuh calon penumpang yang memadati ruangan. Bunyi dengung roda besi yang bergesek dengan lantai bandara itu menambah pening suasana hatiku yang sedang khawatir karena takut tertinggal jadwal pesawat.

Friday, February 28, 2014

Kisah Sapi Di Sepanjang Jalan Raya Meulaboh – Banda Aceh



Di Sepanjang Perjalanan Banda Aceh - Meulaboh Banyak Dijumpai Marka Jalan "Sapi" Seperti ini

Di suatu pagi saat kami bertolak dari kota Meulaboh untuk kembali menuju Banda Aceh. Aku diantar oleh pak Dede putra daerah Aceh dari Kota Meulaboh yang lahir dan besar di Provinsi Aceh. Kini diusianya yang sudah mulai beranjak setengah abad beliau memiliki segudang pengetahuan mengenai tempat ini.

Setiap perjalanan, aku seringnya sengaja minta duduk didepan agar bisa melihat lebih banyak dari balik kaca kendaraan yang aku tumpangi serta dapat berbincang-bincang akan banyak hal dengan pak supir yang membawaku, kali ini cerita dalam perjalananku ini banyak diperoleh dari Pak Dede.
Agar suasana tidak sepi, aku melemparkan topik salah satunya tentang keberadaan sapi yang banyak berlalu-lalang di Jalan Raya Meulaboh – Banda Aceh ini.
“Pak, saya lihat disepanjang jalan ini banyak marka jalan perhatian ada sapi di jalan raya”
“Saya lihat dari pas berangkat dari Banda Aceh ke Meulaboh beberapa hari yang lalu”

Wednesday, August 15, 2012

Mengunjungi Rumah Si Lumba-Lumba di Teluk Kiluan Lampung


 

Lampung Part III
Di suatu pagi tepat tanggal 1 Januari 2010 semburat cahaya matahari pagi yang kian meninggi mulai merekah di ufuk timur, sinarnya mulai memasuki celah-celah jendela kosan yang dibiarkan terbuka lebar semenjak semalam. Maklum, dengan ukuran kosan yang kecil yang dijejali puluhan orang membuat jendela dan pintu sengaja terbuka agar ada sirkulasi udara dan tidak terasa panas.
Cahaya matahari ini seperti menamparku untuk bangun karena begitu menyilaukan mata. Mungkin karena kemarin terlalu lelah saat keliling kota Lampung dengan motor dan merayakan pergantian tahun di Bundaran Gajah membuat kami semua bangun kesiangan. Satu persatu temanku yang tidur berjejer  bak “ikan asin” dijemur mulai beranjak bangun dari alas tikar sambil menunggu gilirannya untuk mandi dan bersih-bersih. Perasaan begitu excited untuk segera menuju habitat asli lumba-lumba hidup di Teluk Kiluan, Samudera Hindia.
Diawal-awal mencari informasi mengenai tempat ini, belum banyak yang mengetahui Teluk Kiluan ini, umumnya orang-orang yang memiliki hobi memancing yang tahu benar mengenai lokasinya. Bahkan teman-temanku yang di Lampung pun tidak mengetahui keberadaan surga tersembunyi ini. Teluk Kiluan dapat dicapai dari kota Bandar Lampung dengan jarak kurang lebih 80 km yang terletak di kecamatan Kelumbayan Tanggamus, Lampung Selatan tepatnya berada di wilayah Teluk Semaka yang sebagian besar memiliki daerah berupa pesisir pantai hingga perbukitan.

Merasakan Pergantian Tahun di Kota Bandar Lampung


Lampung Part II

Tahun baru selalu diidentikan dengan sebuah harapan baru untuk meraih sesuatu yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Harapan untuk menyongsong suatu perubahan yang diharapkan terjadi dimasa depan nanti. Setiap menjelang tutup tahun, tak jarang banyak orang yang akan menulis resolusi sesuatu yang ingin dicapai serta mereview kembali pencapaian yang telah dilewati setahun kebelakang dengan berjalannya waktu yang dilalui.
Bagiku, tak pernah terpikirkan sebelumnya ada resolusi untuk menjelajahi tanah Sumatera dipergantian tahun ini. Karena aku berpikir jangankan pulau Sumatera, pulau Jawa saja masih banyak tempat-tempat tersembunyi untuk dijelajahi. Banyak orang yang berbondong-bondong pergi mengunjungi ketempat yang jauh, tetapi kota sendiri yang ditinggali belum dijelajahi. Terbesit dalam pikiranku, kadang kita perlu menjadi seorang wisatawan dan menjelajahi kota sendiri atau kota-kota disekitar kita sehingga kita dapat lebih mengenal lebih jauh.
Menginjakan kaki pertama di tanah Sumatera ini, setidaknya menjadi awal untuk mengenal lebih jauh negeri ku Indonesia, sebagai bagian dari sebuah rumah yang utuh. Sebuah negeri yang konon begitu dikagumi karena memiliki tanah yang subur dan keindahan yang tiada tara, semuanya ada di negeri ini. Tak heran dari jaman dulu banyak sang pelaut ulung dari negeri seberang datang jauh-jauh untuk mengunjungi negeri kita tercinta Indonesia.

Jejak Kaki Pertamaku di Tanah Sumatera, Kota Bandar Lampung



Lampung Part I

Sudah lebih dari 20 tahun usiaku, namun belum pernah sekalipun kaki ini sempat berpijak ke tanah Sumatera di seberang pulau itu. Besar dan tumbuh di pulau Jawa membuatku lebih banyak melakukan perjalanan di kota-kota pulau Jawa saja. Rasanya tanah itu begitu asing dalam benak pikiranku, entah karena diseberang pulau yang berbeda dan tentu saja akan ada perbedaan budaya adat istiadat pula tentunya.
Trrrrr Trrrr.. Telepon genggamku bergetar, ada sebuah pesan singkat yang masuk rupanya diwaktu menjelang akhir tahun 2009 ini. Ku lihat layar dan pesan tersebut ternyata dari Farah salah satu adik kelas ku di kampus dulu dan juga rekan kerja saat menjadi asisten di laboratorium teknik. Perlahan ku baca dengan seksama isi pesan singkat tersebut yang menanyakan kabar dan wacana untuk reuni teman-teman alumni lab sambil travelling bersama.
Dikarenakan kesibukan masing-masing membuat kami lama tak bersua, seingatku terakhir kami berjalan bersama ketika melakukan touring ke Cibodas dan air terjun Cibereum serta perjalanan ke kota kembang menuju Tangkuban Perahu dan Maribaya melalui jalur Puncak. Singkat kata akhirnya berdasarkan diskusi dengan teman yang lain kami memutuskan untuk pergi ke Lampung, mengingat kami memiliki teman yang sedang bekerja disana, hitung-hitung kami bisa irit biaya penginapan selama disana. 

Ready To Explore? Let's go see and travel the world

Please do kindly subscribe to my travel blog, the place where i would share any of my travel enthusiasm there such as travel stories, travel articles and travel photos.