Tuesday, January 15, 2013

Sepenggal Kisah dalam Perjalanan ke Kota Malang

Alun-Alun Kota Malang
“Dulu rumah saya yang warna putih itu!” jari telunjuknya tampak sedikit gemetar sembari menunjuk kesebuah rumah yang sudah hancur akibat Lumpur Lapindo Brantas. Senyumnya cukup getir dengan pandangan mata yang nanar dan kosong ketika menatap rumah yang berdiri dengan atap yang tampak reyot itu, temboknya sudah mulai hancur dengan lantai yang diselimuti debu jalanan.
Pak Tikno namanya, beliau adalah orang yang mengantarkan kami dari Kota Surabaya menuju Kota Malang dengan jarak kurang lebih sembilan puluh kilometer untuk mencapai kota apel ini. Jalur yang kami lewati yaitu melalui Porong Sidoarjo jalur yang cukup terik  dan gersang yang menjadi saksi bisu tragedi Lapindo Brantas.
Beliau berkisah dikarenakan rumahnya dipinggir jalan sehingga belum diganti rugi, yang diganti hanyalah bangunan tertutup lumpur yang berada didalam tanggul besar yang dibangun menjulang tinggi lebih dari 5 meter dari gundukan tanah. Ironis!, sebuah tragedi karena kelalaian manusia yang dipolitisasi menjadi sebuah bencana alam.

Gemerlap Warna-warni lampu di Batu Night Spectaculer

Lampion Garden - BNS, Malang
Priit Prit…. Dari kejauhan terdengar suara peluit yang ditiup untuk menarik perhatian kami yang baru datang. Tampak sinar lampu senter yang mengarah kekami untuk menunjukan arah ketempat parkir yang pada malam itu cukup padat dipenuhi pengunjung. Sosok lelaki paruh baya yang memegang lampu senter dan meniup peluit itu menghampiri kami untuk menujukan arahnya. Dari perawakannya usianya dapat kukatakan sekitar 40 tahun, beliau mengenakan jaket tipis serta penutup kepala untuk menghadang dinginnya udara di kota ini.
Yupp.. bagi kamipun udara di Kota Batu Malang memang begitu dingin hingga terasa menusuk tulang, apalagi ditambah cuacanya ketika kami datang sedang musim penghujan. Bumi saja masih tampak basah dari sisa hujan yang turun membasahi sore tadi.. Brrrr… Benar-benar terasa menggigil rasanya. Sebenarnya cuaca di Malang yang seperti ini memang paling nikmat untuk istirahat dan bersantai, tetapi sayang juga ketika sudah di kota ini tidak mengunjungi salah satu wahana liburan yang spektakuler di malam hari yaitu Batu Night Spectacular atau yang dikenal dengan nama BNS. Ini tentunya bisa menambah pengalaman indah kami di kota ini selain mengunjungi Pulau Sempu.
Dari tempat parkir yang berada diluar, sudah tampak tulisan BNS berwarna hijau, kuning dan merah yang menunjukan lokasi pintu utama untuk masuk ke wahana hiburan ini. Woohooo,,, perasaan ini sudah begitu exicted untuk bisa melihat secara langsung tempat yang direkomendasikan banyak orang ketika sedang berada dikota ini.  

Ready To Explore? Let's go see and travel the world

Please do kindly subscribe to my travel blog, the place where i would share any of my travel enthusiasm there such as travel stories, travel articles and travel photos.