Thursday, June 5, 2014

Sailing Trip Lombok ke Pulau Komodo, Persiapan



sailing trip, living on board, live aboard, lombok, komodo, flores, labuan bajo
Sailing Trip, Dari Lombok ke Pulau Komodo dan Labuan Bajo Flores


       Nenek moyangku orang pelaut. Gemar mengarung luas samudra. Menerjang ombak tiada takut. Menempuh badai sudah biasa. Angin bertiup layar terkembang. Ombak berdebur di tepi pantai. Pemuda b'rani bangkit sekarang. Ke laut kita beramai-ramai. Sepenggal lirik lagu Nenek Monyangku seolah menceritakan kembali bagaimana nenek monyang kita gemar mengarungi luas samudera sebagai seorang pelaut yang handal.
       Daya jelajah para pelaut kuno Nusantara sangat tinggi. Nenek Monyang kita melaut hingga ke daratan Eropa dan Afrika. Zaman dahulu, para pelaut menggunakan teknologi pergerakan arah mata angin. Dalam beberapa catatan mitologi sejarah dalam kitab-kitab kuno seperti Ramayana dan Mahabarata, Kepulauan Nusantara memang disebut-sebut memiliki kejayaan peradaban maritim yang tinggi.
      Di era kejayaan beberapa kerajaan di Nusantara, pelaut di negeri kita tersohor ke berbagai belahan dunia. Bangsa kita telah berlayar jauh menggunakan kapal bercadik hingga Kapal Layar Pinisi yang menggunakan jenis layar sekunar dengan dua tiang dengan tujuh helai layar. Kabarnya nenek monyang kita telah mengarungi samudera mulai dari utara mengarungi lautan, ke barat memotong Lautan Hindia hingga Madagaskar, ke timur hingga Pulau Paskah.

Tuesday, June 3, 2014

A beautiful and grand mosque, Baiturrahman Grand Mosque Banda Aceh - Indonesia

Baiturrahman Grand Mosque – Banda Aceh

Aceh Province is a Part of Indonesia, located on the northern tip of the island of Sumatra. It is thought to have been in Aceh where Islam was first established in Southeast Asia. Aceh Province is thought to have been the place where the spread of Islam in Indonesia started, and was a key part of the spread of Islam in Southeast Asia. Talk about Islam, In Aceh there is a large mosque located in the center of the city of Banda Aceh namely Baiturarhman Grand Mosque.
This mosque was designed by an Italian architect and built by the Dutch colonial administration as a token of reconciliation following their destruction of an older mosque during the Aceh wars.  The design of the Mosque combines influences of European colonial and Moghul Indian Islamic Architecture. Construction of the mosque commenced in 1879 and was completed in 1881. The initial mosque were smaller and consist of a single dome. Years later the mosque were renovated and expanded by constructing additional wings. The mosque survived the massive 2004 tsunami which destroyed much of the rest of the city of Banda Aceh.
With Magnificient Structure with black domes are uniquely constructed from hard wood shingles combined as tiles. The mosque incorporates a few traditional Aceh decorative elements and features. The architectural design with a number of pillars made it possible for the fast running current of tsunami to pass through without destroying the whole mosque. This is one of the great power of the Almighty that saved Aceh.

Sunday, June 1, 2014

Menikmati Sajian Kuliner Aceh di Warung Lem Bakrie, Banda Aceh



Sajian Kuliner Makanan Khas Aceh

  Beberapa jam sebelum penerbanganku kembali ke Jakarta kami diantar kesebuah tempat makan di Banda Aceh. Sekitar pukul sebelas lewat tiga puluh menit kami tiba di Warung Nasi Kambing Lem Bakrie yang lokasinya di Jalan P. Nyak Makam, Lamteh Ulee Karang Banda Aceh ini.
“Ada hubungannya dengan Keluarga Bakrie gak nih?, Frenchiesnya kah?” Aku berkelakar.
“Hahaha, ngga ada. Ini Asli Aceh” Terang temanku yang membawa kami kesini.
Warungnya dibangun berbentuk pondok dengan bahan bangunan kayu yang mendominasi mulai dari tiang penopang, hingga lantai untuk berpijak. Untuk menampilkan kesan tradisional warung ini pun dibangun dengan beratapkan jerami.  Kuamati sekeliling ruangan, warung ini dapat menampung kurang lebih tujuh puluh pelanggan, ukuran yang cukup besar untuk bisa menampung para pecinta kuliner khas Aceh.
Dengan ramah, pelayan warung ini langsung menyediakan meja untuk kami. Tanpa kami minta, dengan sigap pelayan lainnya segera menyajikan aneka masakan Aceh diatas meja. Di warung ini pelayanannya seperti warung padang yang semua makanannya disajikan diatas meja, dan kita hanya perlu membayar sejumlah apa yang kita santap.

Monday, May 26, 2014

Tertegun dan Merinding di Museum Tsunami Aceh



Museum Tsunami Aceh di Banda Aceh, Indonesia

 Hari itu pagi kelabu. Langit biru mematung lugu. Tiada hujan yang meluruh. Tiada angin yang menderu. Tapi nanggroe ini hancur lebur. Goncangan bumi luapkan samudra. Melumat daratan , Entah apa yang terjadi . Tak seorangpun bisa pahami. Seketika saja semuanya tercerai berai. Saat air hitam menghantam kehidupan. Tiada lagi sanak saudara. Biarkan saja mereka sendiri. Karena pelukan erat tak lagi berarti. Pisahkan anak dari orang tua. Suami dari istri. Kekasih dari yang di kasihi. Sementara awan kesedihan menggelayut manja. Menggantung pilu. Payungi bumi yang kini berduka. Itu adalah sepenggal lirik lagu tentang tsunami di Aceh yang menyayat hati bagi siapa saja yang mendengar dan melihat kembali tayangan video bencana tersebut.
Memenuhi janjiku kepada pak Sam yang menceritakan Cerita Pilu Bencana Tsunami di Aceh yang dialami keluarganya serta cerita pak Dede yang telah banyak bercerita tentang kisah Wanita Bermata Biru di Lamno yang daerahnya juga luluh lantah karena bencana tsunami tersebut, kami mampir ke Museum Tsunami Aceh yang memiliki desain arsitektur yang unik dan mengagumkan. Desainnya sangat berbeda jika dibandingkan dengan museum pada umumnya. Museum ini di desain oleh arsitektur anak bangsa Pak Ridwan Kamil yang kini menjabat sebagai walikota Bandung.
Desainnya dikenal dengan sebutan Rumoh Aceh as Escape Building’ yang menggabungkan rumoh Aceh bertipe panggung dengan konsep ada bukit untuk evakuasi pada bagian atapnya. Didalam bangunan ini didesain unik dan memiliki beragam filosofi pada masing-masing yang mendeskripsikan gambaran tentang tsunami sebagai memorial dari bencana besar yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 silam yang menelan korban jiwa yang mencapai kurang lebih 240.000 jiwa.

Friday, May 23, 2014

Sepenggal kisah Wanita Bermata Biru di Lamno



Wanita Lamno Bermata Biru (pic courtesy : Buku Si Mata Biru Sri Waryanti)
Beberapa hari setelah perbincangan saya dengan Pak Sam mengenai pengalaman pribadinya di terjang ombak tsunami, dalam perjalanan pulang dari kota Meulaboh menuju Banda Aceh kami menyusuri jalan yang sama yaitu mengikuti jalan dipesisir pantai. Dari sini aku melihat jalan-jalan lama dan jembatan lama yang sudah tidak dilalui lagi karena sudah hancur oleh terjangan ombak tsunami.
“Lihat jalan sebelah sana? Dulu sebelum tsunami kita tidak melalui jalan baru ini” Terangnya kepadaku
Namanya Pak Dede, beliau adalah putra daerah Meulaboh yang telah tinggal di Aceh sejak lahir hingga usianya yang kini mulai meranjak setengah abad. Setelah Pak Sam, kini dia lah yang akan banyak bercerita kepadaku tentang bencana tsunami tersebut dalam perjalanan pulang ke Banda Aceh. Walau bencana tersebut sudah sepuluh tahun berlalu, namun dari cara dia bercerita seperti menceritakan kejadian yang belum lama terjadi. Begitu membekasnya memory bencana itu yang dampaknya luar biasa hingga ke psikologis warga setempat.
“Berarti dulu enak ya pak jalurnya bener-bener pinggir pantai, kalau pengen istirahat bisa langsung minggir” Ucapku

Wednesday, May 21, 2014

Sepenggal Cerita Pilu Bencana Tsunami di Aceh

Salah Satu Dampak Terjangan Ombak Tsunami Beberapa Tahun Silam

 Seorang bapak berlari sekuat tenaga ketika tiba-tiba melihat ombak besar setinggi pohon kelapa mulai menerjang apa saja yang ada dihadapannya. Diraihnya anaknya yang masih kecil dalam rangkulannya untuk dibawanya berlari menghindari terjangan ombak itu. Dia terus berlari dengan cepat menuju tempat yang aman sesaat terjadi gempa yang besar dan bencana tsunami yang melanda Aceh tahun 2004 silam. Itu merupakan bayangan yang dapat kuhadirkan dalam pikiranku ketika mendengar cerita pilu yang disampaikan salah satu client saya di Meulaboh Aceh.

Namanya Pak Sam, beliau merupakan salah satu penduduk setempat Meulaboh yang merupakan salah satu daerah dengan kerusakan terparah dan korban tsunami terbanyak ketika bencana itu menerjang, memporak-porandakan semua yang ada disana.

“Awal bencananya gimana pak?” Tanyaku kepadanya untuk melanjutkan ceritanya mengenai bencana tsunami

“Pertama ada gempa besar yang kencang, semua orang panik berhamburan ke jalan” Terangnya

“Terus Bapak Ada dimana?” Tanyaku

Tuesday, May 20, 2014

Beberapa Macam Kopi Aceh Yang Patut kamu coba di Aceh



Beberapa Jenis dan Merek Kopi Aceh

Jika berbicara tentang Aceh tentunya salah satu yang khas dan terkenal yaitu cita rasa kopinya. Bagi kamu pecinta kopi tentunya wajib mencicipi kopi tradisional Aceh memiliki cita rasa yang khas dengan aroma yang nikmat.  Secara umum terdapat dua jenis kopi yang telah dibudayakan ditempat ini yaitu kopi Robusta dan kopi Arabica. Dengan kualitas rasa yang nikmat tak heran kopi Aceh pun telah dipasarkan keberbagai penjuru negeri Indonesia dan telah mendunia hingga ke pasar Asia, Eropa dan Amerika.
Salah satu jenis kopi Robusta yang digemari yaitu kopi Ulee Kareng yang menggunakan 100 persen kopi Arabica asli. Jenis biji kopi yang digunakan yaitu kopi merah segar yang didapatkan dari dataran tinggi Aceh yang dipetik oleh petani kemudian langsung diproses melalui pengeringan matahari kemudian terpilihlah biji kopi yang berkualitas. Biji kopi berkualitas tersebut kemudian digongseng dan digiling dengan tingkat kehalusan yang sesuai standar kemudian langsung dikemas sehingga kenikmatan cita rasa kopi Robusta tetap terjaga.


Sedangkan untuk jenis kopi Arabica yang cukup dikenal yaitu kopi Aceh Gayo yang menggunakan 100 persen Kopi Arabica. Jenis kopi Aceh ini merupakan salah satu jenis kopi yang paling banyak dikembangkan oleh petani kopi Gayo di dataran tinggi Gayo Aceh. Jenis kopi ini telah dikenal dikalangan pecinta kopi dari berbagai penjuru dunia karena cita rasa yang khas dan aroma kopi yang harum. Jenis kopi satu ini juga dikenal sebagai salah satu minuman kopi Gayo yang memiliki peringkat premium.

Friday, May 16, 2014

Daftar Oleh-Oleh Khas Serambi Mekah Aceh

Penjual Oleh-Oleh di Provinsi Aceh, Indonesia

       Salah satu budaya orang Indonesia ketika berpergian yaitu membawa buah tangan atau oleh-oleh untuk keluarga atau kerabat terdekat. Rasanya ada yang kurang jika kita kembali ke rumah tanpa bawa oleh-oleh. Jangankan pada saat kita mau pulang kembali ke rumah, sebelum pergi saja biasanya sudah ada saja yang menitip atau memesan dibawakan oleh-oleh seperti halnya teman seperjalananku ini yang dititipkan membawa oleh-oleh Roti Boi Khas Aceh.
         Karena titipan itu sebelum pulang kamipun menyempatkan untuk mampir ke toko yang menjual aneka makanan untuk oleh-oleh khas Aceh.
Jika kamu pergi ke serambi mekah Provinsi Aceh, berikut beberapa oleh-oleh yang dapat kamu beli untuk dibawa pulang untuk keluarga atau kerabat dekat.

Tuesday, May 13, 2014

Menikmati Canai Malaysia ditemani Kopi Tarik Aceh

Canai Telur Dengan Kuah Kari Ayam
Ketika hanya memiliki satu malam lagi di kota Meulaboh, kami tidak mau menyia-nyiakan waktu senggang hanya untuk tidur di kamar. Walau sudah menuju larut malam kami menuju pusat kota Meulaboh untuk mencicipi kuliner yang belum sempat kami coba yaitu roti canai yang merupakan salah satu bentuk akulturasi budaya dalam hal masakan dari negeri melayu.
Tak bisa dipungkiri pengaruh bangsa Melayu sangat kental di Negeri Serambi Mekah ini mulai dari pakaian, budaya, hingga cita rasa kuliner salah satunya roti canai yang ingin kami coba disini. Kami menepikan kendaraan kami disebuah Warung Kopi Cekgu yang berada di Jalan Manekroo Simpang Geurutee yang masih tampak ramai walau waktu telah menunjukan pukul sepuluh malam lewat tiga puluh menit.


Di tempat ini juga menjual roti canai yang kami cari. Perfect!, kami bisa menikmati roti canai ditemani kopi Tarik Aceh yang nikmat untuk menutup malam terakhir kami di Meulaboh ini. Dibagian display warung ini tertulis Roti Canai Malaysia dan Martabak Telur. Wah, dugaanku dari awal benar adanya mengenai roti canai ini yang merupakan menu masakan dari bangsa melayu yang telah menyatu dalam kehidupan masyarakat di Aceh.

Friday, May 9, 2014

Mie Tangse Meulaboh Aceh, Sekali Anda Coba Pasti Ketagihan


Mie Tangse Kepiting Ukuran Standar
            Pada saat dinas di Meulaboh Aceh Barat, aku diajak oleh beberapa client saya untuk mampir mencicipi Mie Tangse

“Sama seperti kalau belum minum kopi terbalik di pantai Suak Ribee, belum sah ke Meulaboh juga kalau belum mencicipi Mie Tangse” Ucapnya.

Kami melalui jalan kecil bernama Jalan Syiah Kuala – Suak Ribee Meulaboh Aceh Barat untuk menuju Warung Mie Tangse. Setelah melalui sebuah jembatan kecil, kami segera menepi ke kiri tepat disebelah warung Mie Tangse yang kami tuju. Suasana sore itu tampak ramai dipadati para pelanggan setia warung ini.

“kalau kita datang kesorean suka habis atau tutup, karena  warung ini sebelum magrib tutup” Ucapnya.

“Dan pembuatan mie tangse itu lumayan lama karena ngantri” tambahnya.

Kami segera bergegas masuk ke warung untuk mencari tempat duduk. Mataku memandang ke plang nama warung mie tangse yang dibawahnya bertuliskan “slogan sekali anda coba pasti ketagihan”

Monday, May 5, 2014

Menikmati Senja di Pantai Meulaboh Aceh Barat

Menikmati Suasana Matahari Terbenam di Meulaboh, Provinsi Aceh

          Mungkin banyak orang yang bilang pantai dengan pasir hitam kalah cantiknya dengan pantai pasir putih. Tapi setelah menikmati keindahan matahari terbenam di pantai Meulaboh ini rasanya pantai ini tidak kalah cantiknya. Pantai di Meulaboh ini menghadap langsung ke laut lepas hamparan samudera hindia yang terkenal memiliki ombak yang kuat.

Mataku menatap debur ombak yang sesekali datang menyapa pasir hitam di pantai ini. Suaranya berderu-deru dengan harmonisasi nada alam yang menenangkan bagi siapa saja yang menikmatinya. Aku tak tahu apa nama pantai ini karena sepertinya bukanlah pantai komersial yang sering dikunjungi masyarakat setempat. Sepi sekali.

Hanya tampak sepasang suami istri warga setempat yang sedang menggembala kerbau-kerbaunya untuk kembali ke kandang ketika langit sudah mulai gelap. Tak ada orang lain selain kami yang mengunjungi pantai ini pada sore itu. Kesunyian dipantai ini memberikan ketenangan dan ketentraman bagi siapa saja yang bersantai untuk relaksasi dipantai ini.

Friday, May 2, 2014

Mencicipi Kelezatan Martabak & Mie Ayah di Meulaboh



Mie Ayah Jalan Manekro, Meulaboh - Provinsi Aceh

Jika kita mengujungi tempat baru tentunya sangat disayangkan jika kita tidak berwisata kuliner mencicipi makanan khas ditempat tersebut. Disaat aku sedang berada di Meulaboh yang berada di Aceh Barat, aku diajak oleh orang lokal untuk mencicipi salah satu makanan yang digemari disana yaitu mie aceh.

Dengan berlaku seperti orang lokal kami makan malam di warung sederhana yang letaknya dipinggir jalan Manekro, Meulaboh yang bernama Warong Martabak & Mie Ayah. Tempatnya cukup sederhana, dengan memanfaatkan teras rumah yang juga menjadi tempat tinggal pemiliknya warung ini dapat menampung sekitar 48 kursi untuk para pelanggannya.

Warung ini menyajikan beberapa varian mie aceh yaitu dengan daging ayam, udang atau daging sapi. Tingkat kepedasannya juga dapat disesuaikan dengan permintaan mulai dari tidak pedas, sedang atau pedas sesuai selera pelanggannya. Satu menu yang juga jangan lupa untuk dicoba yaitu martabak telurnya yang dimasak tipis menyerupai telur dadar. Dengan irisan bawang dan bumbu rempah berpadu dalam kocokan telur menghadirkan cita rasa yang memikat lidah.

Thursday, May 1, 2014

Travel Photo, Watching the Sunset Over Meulaboh Beach Aceh

Sunset Over Meulaboh, Aceh Province - Indonesia
Have you ever hear Meulaboh in Aceh Province, Indonesia ?

Many people know Aceh only Banda Aceh and Sabang Island as is the northernmost point of the Indonesia archipelago and known as kilometer zero. But if you have a time to explore Aceh Province more, I think you should visit Meulaboh too. Meulaboh was the capital of West Aceh Regency, Indonesia, it is located about 245 km southeast of Banda Aceh in Sumatra Island. In 2004, Meulaboh is among the hardest hit areas by the 2004 Indian Ocean earthquake and was hit by Tsunami.

To get Meulaboh you can take flight to Banda Aceh from Jakarta, Medan, Kuala Lumpur or Penang and then take car rental to road trip from Banda Aceh to Meulaboh about 4 hours driving depend on traffic situation. Or From Medan you can take a flight to Cut Nyak Dhien Nagan Raya Airport as the nearest Airport to Meulaboh.

Monday, April 21, 2014

Bakopi, Kopi Tradisional Aceh Khas Meulaboh



Beberapa Jenis Kopi Yang Dijual di Warung Ini.

Beberapa hari yang lalu aku mencicipi kenikmatan kopi terbalik yang disajikan dengan biji kopi yang harum dengan cita rasa yang khas. banyak orang yang mengatakan jika ke Aceh tentu saja salah satu yang dapat dibawa sebagai oleh-oleh tentu saja kopi yang khas tersebut baik untuk dikonsumsi sendiri maupun untuk keluarga dan kerabat terdekat.

Akupun bertanya dengan client ku yang mengundangku ke Aceh dimana aku dapat membeli kopi yang kemarin aku minum dengan cara terbalik itu. Tibalah kami disebuah warung yang terletak di Jalan Manekroe Nomor 412 Meulaboh yang menjual beberapa jenis bubuk kopi khas dari Meulaboh yang bernama Bakopi.

Warungnya sederhana, namun didalamnya terdapat beberapa jenis kopi yang kaya akan cita rasa yang nikmat. Warungnya cukup sempit namun didalamnya terpajang puluhan sertifikat dan piagam penghargaan yang ditujukan kepada pemilik bakopi ini.

Didalamnya terdapat beberapa rak dengan pilihan kopi yang disajikan ditempat ini. Kopi yang dijual diantaranya kopi halus, kopi kasar, kopi arabika, kopi gayo, kopi 2 in 1 yang sudah dicampur dengan gula serta kopi murni yang komposisi kopinya 100 persen dari biji kopi asli tanpa campuran lainnya. 

Tuesday, April 15, 2014

Travel Photo, Pantai Suak Ribee di Meulaboh Aceh Barat

Siluet Pohon Kelapa di Saat Senja di Pantai Suak Ribee

Jika kamu sedang berada di berada di kota Meulaboh Aceh Barat, rasanya saya akan merekomendasikan kepada anda untuk mengunjungi pantai Suak Ribee yang letaknya tak jauh dari pusat kota Meulaboh. Di Pantai ini selain bisa Menikmati Kopi Terbalik di Pantai Suak Ribee yang disajikan dibeberapa warung yang berdiri dipinggir pantai, kita juga bisa menikmati kedamaian yang dihadirkan dipantai ini.
Pasir pantainya hitam dan halus, membentang luas sepanjang mata memandang. Terdapat ratusan pohon kelapa dan cemara yang masih tumbuh kokoh yang masih bertahan dari terjangan ombak tsunami yang pernah menghantam pantai ini beberapa tahun silam. Diperkirakan lebih dari lima pulh meter posisi garis pantai bergeser karena abrasi ombak salah satunya karena bencana tsunami tersebut.
Bagi masyarakat setempat, pantai ini merupakan salah satu tempat rekreasi yang terdapat di pesisir kota Meulaboh dan Nagan Raya. Pantai ini paling ramai dikunjungi pada sore hari untuk menikmati marahari terbenam serta pada akhir pekan dan hari libur sebagai tempat liburan keluarga disana.

Ready To Explore? Let's go see and travel the world

Please do kindly subscribe to my travel blog, the place where i would share any of my travel enthusiasm there such as travel stories, travel articles and travel photos.